Jakarta, INDONEWS.ID – Pembatalan yang kemudian diralat menjadi penundaan kejuaraan balap motor usia remaja Idemitsu Asia Talent Cup (IATC) di Pertamina Mandalika International Street Circuit, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Minggu (14/11/2021) menjadi berita heboh di media massa maupun jagat raya media sosial sejak kemarin hingga hari ini, Senin (15/11).
Menurut Head of Operations Sporting Mandalika Grand Prix Assosiation (MGPA), Dyan Dilato, balapan IATC tersebut akhirnya dijadwal ulang, dari yang mestinya berlangsung pada Minggu, 14 November ditunda ke akhir pekan depan depan. MGPA adalah pengelola sirkuit International Mandalika, Lombok Tengah, yang baru diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Jumat (12/11/2021) lalu.
Terkait penundaan tersebut, mantan Direktur Sentul Sirkuit, yang sukses mengglar MotoGP 500 CC dan Superbike GP di Indonesia, Rio Sarwono mengatakan sebenarnya kurang etis membahas kegagalan manajemen Mandalika tersebut. Menurutnya, hal tersebut sudah diprediksi sejak awal.
“Sebelumnya saya memohon maaf karena kurang etis kita membahas kegagalan sahabat-sahabat saya di manajemen Mandalika. Karena itu saya coba menjelaskannya dengan sangat hati-hati. Menurut saya hal itu sudah kita prediksi sejak awal – mohon maaf lagi – karena manajemennya belum punya pengalaman,” ujar Rio Sarwono yang juga pemilik usaha Joglo Group yang berlokasi di Jalan Madrasah Nomor 14, Jeruk Purut, Jakarta Selatan dalam dialog dengan Radio Trijaya FM di Jakarta, Senin pagi.
Pemilik tiga media Indonews.id dan Mobilinanews.com dan Motorinanews.com itu mengatakan, jika memasuki kompleks Kopassus, di sana ada tertulis, “Kami bukan yang terbaik namun kami terlatih”. “Itulah yang seharusnya dipegang oleh teman-teman di Mandalika. Kejadian kemarin itu sudah kami ketahui sebelumnya dan sudah banyak juga teman-teman yang memberi masukan kepada manajemen Mandalika,” ujarnya.
Pemilik Waroeng Solo itu mengatakan masalah marshall (petugas perlombaan) seperti diutarakan oleh Dyan Dilato merupakan salah satu dari banyak persoalan yang ada. Rio mengatakan, manajemen jangan hanya bisa menyalahkan marshall, yang disebut sebagai “ndeso”, namun harus mengatasinya.
“Menurut kami, manajemen Mandalika jangan hanya menyalahkan marshall yang merupakan penduduk setempat yang katanya ndeso, dan bukannya masalah itu yang harus diatasi. Menurut saya masalah itulah yang harus diatasi. Karena ini baru pertama kali digelar even di Mandalika. Karena itu, buatlah even kecil dahulu, baru membuat even yang lebih besar. Menurut saya, masalah SDM itu merupakan kelemahan sekaligus kelebihannya. Kalau SDM itu belum dilatih (marshall) maka yang harus disalahkan adalah manajemen yang belum melatih mereka,” ujarnya.
Dalam mengelola manajemen Sentul Sirkuit, katanya, pihaknya terlebih dahulu menggelar even yang kecil. Waktu itu, pihak menajemen Sentul Sirkuit mengirim marshall ke Malaysia untuk melakukan studi banding. Setelah pulang mereka menerapkannya di Sentul Sirkuit.
Terkait dengan standar yang harus dimiliki oleh mashall, Rio mengatakan, tidak ada standar khusus misalnya harus lulusan sarjana. Hanya memang, dia harus memiliki ketrampilan. Biasanya, jumlah petugas marshall disesuaikan dengan jumlah tikungan yang ada. “Itu tergantung jumlah tikungan. Kan setiap tikungan ada 5-8 marshall. Dan jika di Sirkuit Mandalika maka dikalikan saja. Kan di sana ada 17 tikungan,” ujarnya.
Masalah lainnya, kata pemilik Balai Sarwono, ini yaitu marshall di Mandalika tidak menyukai masakan yang disiapkan oleh panitia. Karena itu, setiap jam makan siang mereka pulang ke rumahnya. “Nah, itulah yang tidak dikerjakan oleh manajemen Mandalika. Mohon maaf karena dia tidak tahu apa yang harus mereka persiapkan,” ujarnya.
Karena Hobi, Cinta Balap, Cinta Indonesia
Sukses menggelar even selama 20 tahun, Sentul Sirkuit melakukan minimal 24 even setiap tahun. Tidak dijumpai masalah yang berarti dalam setiap penyelenggaraan. Bahkan, saat Sirkuit Sepang dibuka, Malaysia mengirim marshall-nya untuk belajar di Sentul Sirkuit.
“Yang saya herankan yaitu mengapa rekan-rekan di Mandalika tidak pernah melakukan studi banding di Sentul. Mereka hanya melakukan studi banding di Sepang. Mungkin mereka bilang Sentul itu kuno. Monggo saja. Tapi kuno itu bukan berarti bodoh,” kata Rio, pemilik Joglo Beer yang berada di kawasan Jakarta Selatan itu.
Jangankan untuk studi banding, permintaan resmi untuk memberi masukan pun sama sekali belum pernah dilakukan oleh manajemen Sirkuit Mandalika.
“Sama sekali belum pernah (diminta memberi masukan, red). Justru kami yang memberi masukan dibilang politiklah, karena itu (Sentul Sirkuit) punya Tommy Soeharto-lah. Atau pasti ingin mengelola Sirkuit Mandalika,” ujarnya.
Padahal, kata pemilik Sare Suites, yang kental bernuasa Jawa tersebut, Sentul Sirkuit, termasuk para senior di balap, sangat senang jika MotoGP kembali digelar di Indonesia. “Kami, termasuk senior di balap sangat senang, happy karena MotoGP bisa kembali digelar di Indonesia. Banyak teman bilang kalau kami diminta bantuan maka tidak usah diberi honor juga kita rela membantu. Karena semuanya hobi, cinta balap, dan cinta Indonesia,” ujarnya.
Mendengar pembatalan kejuaraan balap motor usia remaja Idemitsu Asia Talent Cup di Mandalika ini, Rio mengatakan, dirinya dan para teman senior lainnya merasa malu.
“Kalau seperti ini kita kan malu juga, bukan hanya Mandalika. Mungkin dunia tidak mengenal siapa pengurus Mandalika. Yang mereka kenal yaitu yang tua-tua ini. Mereka bilang ‘kenapa kamu tidak membantu’. Itu ada banyak pertanyaan dari luar negeri misalnya kepada Pak Tinton (Suprapto, mantan pembalap nasional era 1970-an, red),” ujarnya.
Karena itu, kata Rio, pihak Sentul Sirkuit termasuk para senior, terbuka pada berbagai permintaan untuk memberi masukan bagi pengelolaan Sirkuit Mandalika tersebut. Syaratnya, para pengelola Sirkuit Mandalika harus terbuka menerima masukan dari berbagai pihak, termasuk para senior pembalap.
Namun, terkait permintaan masukan untuk even yang akan digelar minggu depan ini, Rio mengatakan, pihaknya akan angkat tangan karena sudah di depan mata.
“Terus terang untuk acara minggu depan ini, karena tinggal beberapa hari, kami tidak bisa memberi bantuan. Sudah ada banyak telepon misalnya dari IMI (Ikatan Motor Indonesia, red). Jujur saja kami angkat tangan. Karena saya rasa 4 hari ini kami tidak akan mampu memberi bantuan. Kami hanya memberi bantuan doa saja. Mudah-mudahan acara bisa berlangsung baik. Karena kalau saya bilang mengganti manajemen itu mungkin agak kasar ya. Tapi saya mengharapkan agar manajemen harus terbuka untuk menerima masukan dari para senior balap yang sudah sering ikut balap dan menyelenggarakan MotoGP. Jangan malu bertanya, karena akan sesat di jalan. Kalau ada yang meminta bantuan kami pasti membantu tanpa ada embel-embel lain,” pungkas pemilik Warung Solo yang berlokasi di Jeruk Purut, Bogor, maupun di Solo itu. ***