Nasional

Berusaha Naikkan Posisi Tawar, Penundaan Pemilu Hanya Permainan Elit Politik

Oleh : very - Senin, 14/03/2022 10:37 WIB

Budayawan Antonius Benny Susetyo dalam acara “Isu Penundaan Pemilu, Hanya Sekedar Permainan Politik?” di kanal Youtube Rumah Kebudayaan Nusantara (RKN), Sabtu (12/03/2022). (Foto: ist)

Jakarta, INDONEWS.ID --- Pakar komunikasi politik, Antonius Benny Susetyo, menyatakan bahwa wacana penundaan pemilu hanyalah permainan kata-kata dari para elit petinggi partai politik dan bukan aspirasi publik.

Hal itu dikatakannya dalam segmen ‘Jangan Julid Bosque Bersama Om Ben’, dengan judul “Isu Penundaan Pemilu, Hanya Sekedar Permainan Politik?” di kanal Youtube Rumah Kebudayaan Nusantara (RKN), Sabtu (12/03/2022).

Benny, sapaan akrabnya, menyatakan bahwa wacana penundaan pemilu ini merupakan permainan segelintir elit politik, yang merupakan pemimpin partai, untuk mendapatkan posisi tawar-menawar dalam kekuasaan.

“Ini permainan kata-kata untuk mencapai tujuan para elit politik, yaitu menaikkan bargaining posisinya. Ini bukan aspirasi publik; ini hanya demi kepentingan individu para petinggi partai politik,” ujarnya.

Menurut Benny, jelas bahwa para petinggi partai politik tersebut yang diuntungkan dalam isu ini.

“Ini permainan, segelintir orang mencoba mencari muka kepada pemegang kekuasaan, dan ini dapat menyebabkan situasi tidak menyenangkan di masyarakat, disaat (masyarakat) tidak menerima hal ini,” tegasnya.

Benny pun menilai, alasan yang disampaikan perihal penundaan pemilu adalah alasan yang dibuat-buat untuk menjadi daya tarik dan penawaran menarik kepada publik.

“Alasannya karena pandemi COVID-19 yang melumpuhkan perekonomian. Padahal, publik menginginkan konstitusi dijalankan sesuai dengan hukum yang berlaku, dan harusnya, hal ini yang menjadi perhatian dari elit politik,” katanya.

Benny menegaskan keinginan para elit politik adalah penyebab isu penundaan pemilu ini dihembuskan ke publik.

“Elit politik menginginkan status quo, kepentingan pragmatisme. Dengan mewacanakan hal ini, mereka mendapatkan panggung, mendapatkan sambutan dari masyarakat. Tetapi, jelas isu ini mengkhianati demokrasi dan tidak menjaga kemurnian konstitusi Indonesia,” jelasnya.

“Elit politik seharusnya menciptakan kepercayaan publik, trust, dan mampu memberikan kepastian kepada masyarakat. Hal ini hanya membuat ketidakpercayaan dan kefrustrasian publik. Jika ini diteruskan, publik tidak lagi percaya dengan sistem, dan ini bentuk pengkhianatan terhadap cita-cita reformasi dan konstitusi,” ujar Benny.

Benny pun menutup pernyataannya dengan menyatakan bahwa isu penundaan pemilu ini hanya sekadar permainan elit politik.

“Mereka pandai mempermainkan kata-kata, untuk sekedar mendapatkan dukungan dan mengetes dukungan publik. Isu ini akan hilang sendirinya karena tidak ada dukungan publik, dan Presiden juga tidak menghendaki perpanjangan masa jabatan,” tuturnya.

“Memang, menurut survey, masyarakat puas dengan pemerintahan Presiden Jokowi, tetapi masyarakat tidak menghendaki perpanjangan jabatan presiden. Elit politik salah membaca aspirasi publik ini. Jika (aspirasi publik) terus dilawan, elit politik akan bunuh diri, terjungkir karena permainan kata-katanya sendiri,” tutupnya. ***

Artikel Terkait