Opini

Liga Premier Inggris Manchester United Erik Ten Hag Pilihan Pas

Oleh : luska - Jum'at, 01/07/2022 18:36 WIB

Oleh : Reinhard R. Tawas

Erik Ten Hag akan kembali membawa Manchester United ke empat besar atau bahkan juara. Benar atau tidak, kita lihat saja Mei 2023 ketika pendukung Ten Hag akan bilang. Betul kan. Atau sudah ada manajer baru menggantikan Ten Hag? Mengacu pada kinerja Ole Gunnar Solskjaer, Ten Hag mungkin diberi kesempatan paling tidak dua setengah musim seperti Solskjaer jika gagal. Manajemen United kelihatannya cukup sabar karena sebelum itu Louis van Gaal pernah diberi kesempatan hanya dua tahun Mei 2014 - Mei 2016. Atau mungkin lamanya Solskjar ditahan karena ada “sentimental reason”? 
Dia adalah bagian dari Manchester United yang perkasa dengan pencapaian Treble pada musim 1998-1999 - musim yang tak terlupakan bagi fans “Red Devils”. Di final Liga Champion UEFA  pada 26 Mei 1999 Manchester United berhadapan dengan Bayern Munich di Camp Nou, Barcelona. Akumulasi kartu kuning membuat Roy Keane dan Paul Scholes yang sangat diandalkan tidak bisa tampil. Ini membuat was-was fans MU. Menit ke 67 “Hollywood FC” Bayern Munich masih unggul 1-0 dan Ferguson memasukkan Teddy Sheringham menggantikan Jesper Blomqvist.  Menit ke 60an adalah waktu dimana manager tak tertandingi ini mengubah taktik dengan memasukkan pemain cadangan. Menit ke 87 ia memasukkan Solskjaer. Dua pemain ini yang mengubur mimpi Hollywood. Sheringham menyamakan kedudukan di perpanjangan waktu (injury time). Kemudian MU mendapat tendangan sudut yang seperti biasa diambil oleh David Beckham. Beckham menyetir bola menemui kepala Sheringham yang mengarahkannya ke Solskjaer. 2-1 dan juara! Gol itu memantapkan julukan “Baby-Faced Assassin”.

Sebenarnya MU mencapai lebih dari treble tahun itu. MU mengalahkan Palmeiras di Piala Interkontinental yang dimainkan di Tokyo pada Desember 1999.  Di musim itu dari bangku cadangan Solskjaer mencetak mencetak 4 goal dalam waktu 8 menit ketika MU mengalahkan Nottingham Forest 8-1. Kekalahan ini membuat derita berkepanjangan bagi Nottingham Forest, nama yang mengingatkan kita akan Robin Hood yang berbasis di Sherwood Forest, Nottinghamshire. Sejak terdepak dari Liga Premier Inggris tahun 1999, baru tahun ini Forest kembali, Dan hati-hatilah MU. Biasanya kenangan pahit meniup bara menyala bagi yang merasakannya.
Sebenarnya pada jala yang ditebar Manchester United untuk mendapatkan pengganti manajer interim Ralf Rangnick terdapat nama-nama besar Luis Enrique, pelatih Tim Nasional Spanyol, Julen Lopetegui, Sevilla, Thomas Tuchel, Chelsea, Mauricio Pochettino, Paris Saint-Germain.  Bahwa Ten Hag yang terpilih, MU punya alasan. Ten Hag diwawancarai oleh John Murtough, football director dan Darren Fletcher, technical director. Richard Arnold, chief executive, terlibat dalam proses menentukan pilihan terhadap Ten Hag yang katanya bulat dengan kesimpulan dia adalah kandidat  luar biasa. Joel Glazer, co-chairman dari keluarga yang punya MU memantapkan keputusan ini.

Ajax adalah satu dari sedikit klub di era sepakbola modern sejak 1990an dengan klub-klub berbudget super atau lebih tepat berhutang super, yang bisa menjuarai Liga UEFA Champions (1995) tapi dengan budget kecil. Tahun 2019 Ajax mencapai 4 besar dengan menyingkirkan Real Madrid dan Juventus. Track record “de tukker” (julukan Ten Hag sebagai orang asal Twente) menunjukkan trend yang menanjak. Ten Hag membawa Ajax juara Eredivisie tiga kali terakhir (2018-19,2020-21, 2021-22. 2019-20 diputuskan tidak ada juara karena pandemi), juara KNVB Cup (sama dengan FA Cup di Inggris) tahun 2019 dan 2021. Menarik tentunya menebak-nebak apa yang menjadi kesimpulan manajemen MU untuk memilih Erik Ten Hag, bukan manajer/pelatih bernama besar. Selain mahal dan hasilnya belum tentu, kebanyakan manajer-manajer besar itu banyak gagalnya juga. Bisa kita lihat dari berganti-gantinya klub yang mereka pegang karena kontrak yang tidak diperpanjang atau dipecat ditengah jalan. Kita pilih dua saja. Manajer yang baru sukses mengantar Real Madrid sebagai juara UEFA Champions 2022 dan dipuja setinggi langi, Carlo Ancelotti, pernah dipecat Bayern Munich, Napoli dan, ya, Real madrid, dulu. “Special One” Mourinho, tidak perlu diurai berapa kali dipecat dan oleh siapa.

Yang perlu dilakukan Ten Hag sekarang adalah menentukan target capaian musim 2022-23. Target harus terukur supaya selalu bisa dievaluasi setiap minggu “stand point”nya ada dimana. Musim 2021-22 MU berada di urutan ke-6 dengan 58 poin dari menang 16, seri 10, kalah 12. Perbedaan gol 0 dari memasukkan 57 dan kemasukkan 57. Cukup parah untuk tim yang bertengger di nomor 6 dari 20 tim. Arsenal di atasnya surplus 13 gol dan West Ham di bawahnya surplus 9 gol. Ini gambaran dari buruknya pertahanan MU dan pas-pasannya ofensif. Tidak heran jika Ten Hag menginginkan Frenkie de Jong “midfielder” Barcelona dan bekas anak buahnya di Ajax yang piawai membantu pertahanan dan serangan. Untuk mencapai zona UEFA Champions  MU perlu meraih 71 poin dengan mengacu pada capaian Tottenham Hotspurs di urutan ke-4 musim lalu. Memang bukan jaminan poin 71 ada di urutan ke-4. Ini untuk keperluan “benchmark” yang realistis dan terukur. Di musim sebelumnya (2020-21) Chelsea hanya perlu 67 poin untuk berada di urutan ke-4. MU sendiri di urutan ke-2 dengan 74. Dari mana MU mendapat 71 poin? Tentukan target harus menang terhadap tim-tim di urutan 11-20 musim lalu, dan yang promosi musim ini, kandang dan tandang: 20 x 3 = 60 poin. Seri terhadap tim-tim di urutan 1-10: 18 x 1 = 18. Total  78. Lebih dari cukup. Ini sekali lagi untuk keperluan “benchmark”. Tentu ada menang, ada seri, ada juga kalah.  Menang terhadap tim-tim di atasnya anggap saja bonus. Kalah terhadap tim-tim di bawahnya, boleh 1-2 kali. Hati-hati terhadap Nottingham Forest yang menyimpan bara dendam.

Sementara untuk setiap pemain Ten Hag juga menetapkan target pencapaian individu berdasarkan statistik individu: successful dribble, crosses, interception dsb semuanya tersedia.
Berbagai versi “lineup” MU di bawah ErikTen Hag sudah bertebaran tapi banyak yang masih menyisakan spot kosong. Masih ditunggu konfirmasi bergabungnya Frenkie de Jong yang menjadi target utama Ten Hag, dan kepastian apakah Ronaldo tinggal atau pindah ke Chelsea yang cukup “tempting” karena bermain di UEFA Champions. Tapi yakin sajalah bahwa Ronaldo tinggal, seperti kata Roy Keane dan harapan Ten Hag yang ingin bekerjasama dengan Ronaldo. Ten Hag juga menunggu kedatangan Tyrell Malacia, bek kiri Feyenoord. Dia juga mengharapkan kehadiran Antony dan Jurrien Timber dari Ajax.

Dengan usia 37 tahun, sama dengan LeBron James yang masih di puncak karirnya, Ronaldo masih akan berkontribusi sampai beberapa tahun ke depan. Di persaingan ketat top scorer Liga Premier Inggris Ronaldo masih berada di tiga besar dengan  18 gol, di atas Harry Kane dan Sadio Mane. Secara fisik Ronaldo pun lebih bugar dari sebayanya, bahkan mereka yang 10 tahun lebih muda.  Seorang wartawan dengan naif bertanya kepada Ten Hag apa yang dia harapkan dari Ronaldo. “Goals”, jawab Ten Hag. Mengenai saingan-saingannya, Pep Guardiola dan Jurgen Klopp, Ten Hag bilang dia mengagumi mereka, sembari mengatakan bahwa sebuah era (mereka) akan berlalu. Genderang perang sudah bertalu. “Saya menunggu untuk bertarung dengan mereka…”.

*****


 

Artikel Terkait