Bisnis

Harga Beras Naik, Rizal Ramli: Situ yang Kurangi Subsidi Pupuk Sehingga Petani Merugi Kalau Tanam Padi

Oleh : very - Kamis, 05/10/2023 13:30 WIB

Tokoh nasional, DR Rizal Ramli. (Foto: Ist)

 

Jakarta, INDONEWS.ID - Harga beras terus merangkak naik. Bahkan, beberapa toko ritel mulai membatasi pembelian beras premium yaitu 10 kg per hari untuk setiap konsumen.

Presiden Joko Widodo sebelumnya mengatakan bahwa kenaikan harga beras di dalam negeri merupakan dampak dari kenaikan pangan di tingkat internasional.

"Ya karena semua negara naik, ini sama seperti barang lain. BBM (bahan bakar minyak) juga gitu kan. Kalau harga pasar dunia naik pasti dalam negeri terkerek," kata Jokowi saat meninjau dan memberi bantuan sosial di gudang Perum Bulog di Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (11/9/2023).

Menurut Jokowi harga harga beras naik imbas dari beberapa negara yang melakukan menghentikan ekspornya. Selain itu juga karena produksi padi mengalami penurunan imbas dari fenomena El Nino.

"Apalagi beberapa negara stop untuk tidak ekspor beras seperti India yang produksinya gede, ekspornya biasanya gede stop. Sama dulu kaya gandum Ukraina sama Rusia memiliki stok sampai 200 juta ton stop sehingga terguncang dan naik harga gandum," kata Jokowi.

Menanggapi pernyataan tersebut, ekonom senior DR Rizal Ramli meminta pemerintahan Jokowi untuk tidak hanya menyalahkan faktor internasional dan fenomena El Nino.

“Sekarang situ salahkan faktor int’ll penyebab harga beras naik gila2an. Mikir dong, situ cuman doyan PHP dan ngeles, dasarnya situ memang tidak becus,” ujar mantan Menko Perekonomian itu dalam akun Twitternya, @RamliRizal yang diunggah pada Kamis (5/10).

Tokoh nasional itu mengatakan, pemerintahan Jokowi selama ini membuat kebijakan berupa pengurangan subsidi pupuk karena itu petani merugi jika menanam padi dengan pupuk non-subsidi.

“Situ doyan impor tapi pidato2 sloganistik kurangi impor sembari selfie2 dgn petani. Situ yg kurangi subsidi pupuk sehingga petani merugi klo tanam padi pakai pupuk non-subsidi,” kata Bang RR – sapaan Rizal Ramli.

Padahal, kata mantan Menko Kemaritiman itu, untuk mendorong produksi, petani harus diberi mekanisme subsidi sehingga mereka semangat menanam padi.

 

Tingkatkan Produksi Pangan Bukan dengan Membuat Food Estate

Rizal Ramli memberi contoh ketika Presiden Abdurrachman Wahid (Gus Dur) menunjuk dirinya menjadi Kepala Bulog. Rizal Ramli menanyakan apa saja yang menjadi tugas dirinya.

“Tugas saya apa Gus, tanya Rizal Ramli kepada Gus Dur. Lantas dijawab Gus Dur ‘tugas kamu bagaimana supaya petani seneng’,” ujarnya.

Selain itu, kata ekonom senior itu bahwa dirinya juga pernah menghapus kredit macet petani yang jumlahnya mencapai Rp26 triliun rupiah.

“Bagaimana caranya supaya petani seneng? Ya urusan kite. Makanya ketika itu saya hapuskan kredit macet petani, sisa kredit usaha tani Pak Habibi dan Adi Sasono 26 triliun. Karena petani-petani itu diuber polisi, diuber camat suruh bayar utangnya kalau ngga maka disita tanahnya,” ujar Bang RR – sapaan Rizal Ramli seperti dikutip dari Jakartasatu.com.

Rizal Ramli waktu itu menghadap Gus Dur untuk menyampaikan terkait rencana penghapusan kredit macet tersebut. “Saya menghadap Gus Dur menyampaikan, ‘Gus, kalau seandainya kita sita tanah-tanah itu. Terus kita mau ngapain? Kata Gus Dur, bener juga kalau tanah disita, negara mau ngapain dengan tanah-tanah itu? ‘Jadi menurut kamu gimana Rizal,’ kata Gus Dur. Ya sudah kita hapuskan saja hutang dan bunganya 26 triliun,” ujar bang RR.

“Itu duit gede Rizal, kata Gus Dur. Kamu bisa ditangkap lho menghapus hutang petani dan bunganya. Saya bilang, Gus kalau mau ada yang nangkep saya, ya tangkap saja saya sepeserpun ga dapat. Nah akhirnya dilakukan penghapusan hutang petani berikut bunganya. Petani senang ga diuber-uber polisi, camat. Petani happy,” ujar Rizal Ramli.

Kemudian lanjut Rizal Ramli, “Setelah itu kita naikkan harga pembelian gabah dibanding pupuk dengan ratio 1,5: 1 untuk beli pupuk, yang 50% (1/2) untuk keuntungan petani. Kemudian saya naikkan menjadi 1-75: 1 untuk pupuk, yang 0,75 untuk keuntungan petani. Petani jadi tambah semangat karena kalau nanam padi petani pasti untung bagus”.

“Dua tahun kepemimpinan Gus Dur ga pernah impor beras. Jadi ga ribet amat. Karena menaikkan produksi itu bukan dengan bikin food estate. Yang ada malah triliunan habis kaga jelas. Kerena pejabat mroyek gitu lho,” jelas RR.

Karena itu, katanya, pejabat itu mestinya merumuskan kebijakan. “Misalnya neh kalau kita lebih agresif lagi, kita naikkin ratio gabah dan pupuk 2 /1. 1 untuk pupuk, 100% untungnya untuk petani. Petani pasti seneng banget, swastapun tertarik. Kenapa ? Karena setiap 4 bulan untungnya 100%. Tarolah ada pengeluaran lainnya 50 %, tapi kan masih untung 50%. Mana ada bisnis yang untungnya 50 %. Akhirnya mereka yang bikin sawah. Mereka akan menaikkan produksi. Bukannya pakai proyek pemerintah yang ngabisin duit,” pungkas RR. ***

 

Artikel Terkait