Nasional

Forum Diskusi Pencegahan Kanker di Menara Batavia: Prof Xu Kheceng Paparkan Metode Pengobatan yang Menginspirasi

Oleh : Rikard Djegadut - Rabu, 11/10/2023 20:23 WIB

Jakarta, INDONEWS.ID - Pada hari Rabu, 11 Oktober 2023, Menara Batavia menjadi saksi sebuah acara forum diskusi yang menghadirkan pakar kanker ternama, Profesor Xu Kheceng dari Fuda Cancer Hospital di Guangzhou, China. Forum tersebut diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan kesadaran tentang pencegahan kanker dan pengobatannya melalui metode preventif medicine.

Acara ini bertujuan untuk mendiskusikan metode pencegahan dan pengobatan kanker yang inovatif, dengan Prof. Xu Kheceng sebagai pembicara utama. Prof. Xu Kheceng adalah seorang pakar dalam bidang kanker yang memiliki pengalaman pribadi dalam melawan penyakit ini, karena keluarganya pernah terkena penyakit kanker.

Dalam pidatonya, Prof. Xu Kheceng berbagi pengalaman pribadinya dan hasil penelitian yang telah dilakukan selama bertahun-tahun. Beliau menjelaskan bahwa penyakit kanker bisa diobati dengan berbagai metode yang mencakup aspek preventif dan metode pengobatan yang inovatif. Salah satu pesan kunci yang disampaikan adalah bahwa rasa gembira memiliki peran penting dalam proses penyembuhan dari penyakit kanker.

Acara ini berhasil memberikan wawasan berharga tentang metode pencegahan dan pengobatan kanker yang memotivasi. Para peserta forum diskusi meninggalkan acara dengan pengetahuan baru dan keyakinan bahwa kanker dapat diatasi dengan metode yang tepat dan semangat yang kuat.

Forum diskusi ini membuktikan bahwa kolaborasi antara para ahli kesehatan dan tokoh-tokoh terkemuka dapat memberikan inspirasi dan harapan bagi masyarakat dalam perjuangan melawan penyakit mematikan ini. Semoga acara semacam ini dapat terus diadakan untuk mempromosikan kesadaran tentang kanker dan meningkatkan kualitas hidup semua orang.

Forum diskusi ini menjadi sangat istimewa karena dihadiri perwakilan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yakni Bapak Dharmono dari Jakabeka dan seorang penterjemah bahasa China ke bahasa Indonesia.

Turut hadir pula Pemred Indonews.id Asri Hadi serta tokoh-tokoh terkemuka lainnya seperti mantan Menteri Tenaga Kerja Eman Suparno, mantan Gubernur Lemhanas Prof Dr Ir Budi Susilo Soepandji, mantan Kepala BNPT Komjend pol Purn Suhardi Alius dan yang jadi moderator acara ini adalah Pengusaha Jamu Charles Saerang.

Tak ketinggalan hadir juga mantan Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. Fadilah dan sejumlah pengusaha nasional baik yang bergerak di bidang kesehatan maupun di bidang properti.

 Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) lahir 6 November 1949 adalah seorang dosen dan ahli jantung yang menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden dari 25 Januari 2010 hingga 20 Oktober 2014. Sebelumnya ia menjabat sebagai Menteri Kesehatan Indonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Pada tanggal 20 Oktober 2004, Siti Fadilah dilantik menjadi Menteri Kesehatan oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Ia menikah dengan Ir. Muhamad Supari dan dikaruniai 3 orang anak.

 

Ia tampil sebagai dosen tamu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, dosen tamu di Pasca Sarjana Jurusan Epidemiologi Universitas Indonesia dan pengajar Departemen Jantung dan Pembuluh Darah Pusat Jantung Nasional Harapan Kita/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan staf pengajar kardiologi Universitas Indonesia.

Siti Fadilah telah menjabat sebagai ahli jantung Rumah Sakit Jantung Harapan Kita selama 25 tahun. Ia juga menjadi Kepala Unit Penelitian Yayasan Jantung Indonesia dan Kepala Pusat Penelitian Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Pada 20 Oktober 2004, ia ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memimpin Departemen Kesehatan. Serah terima jabatan menkes dari Achmad Sujudi ke Siti Fadilah dilakukan di Jakarta, 21 Oktober 2004.

Siti Fadilah mengakhiri pengiriman virus flu burung ke laboratorium WHO pada November 2006  karena pengembangan vaksin yang lalu dijual ke negara-negara berkembang, dengan Amerika Serikat mendapat keuntungan dan Indonesia tidak mendapat apa-apa.  Ia juga mencegah kemungkinan bahwa strain virus itu akan digunakan untuk senjata biologi. Setelah itu, ia berusaha mengembalikan hak Indonesia.

Pada 28 Maret 2007, Indonesia mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan WHO untuk memulai pengiriman virus dengan cara baru untuk memberikan akses vaksin terhadap negara berkembang. Siti Fadilah mengkonfirmasi pada tanggal 15 Mei 2007 bahwa Indonesia kembali mengirimkan sampel H5N1 ke laboratorium WHO.

 

 

Artikel Terkait