Nasional

Pokja-24 Paroki St. Paulus Depok Gelar Sosialisasi Pemilu 2024, Pilih Calon Secara Cerdas dan Bijak

Oleh : very - Minggu, 04/02/2024 23:08 WIB

Pokja-24 Paroki Santo Paulus Depok menggelar acara sosialisasi Pemilu 2024 di Aula Paroki, Minggu (4/1). Diskusi digelar usai misa ketiga pada pukul 13.00 - 16.00 WIB. (Foto: Indonews.id)

Jakarta, INDONEWS.ID - Menjelang gelaran pemilu pada 14 Februari 2024 mendatang, Pokja-24 Paroki Santo Paulus Depok menggelar acara sosialisasi Pemilu 2024 di Aula Paroki, Minggu (4/1). Diskusi digelar usai misa ketiga pada pukul 13.00 - 16.00 WIB.

Acara tersebut menghadirkan narasumber yaitu Ketua Presidium Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) Luky Yusgiantoro dan Direktur Eksekutif PARA Syndicate, Ari Nurcahyo. Selain itu, hadir juga Pastor Paroki St. Paulus Depok, RP Agustinus Anton Widarto, OFM dan Vikaris Paroki St. Paulus Depok RP. Yustinus Agung Setiadi, OFM, bersama Seksi Kerawam dan Pokja-24. Diskusi dipandu oleh Sekretaris DPPH-DKP Paroki St. Paulus, Eko Y. Napitupulu.

Acara sosialisasi itu diikuti oleh puluhan calon anggota legislatif (Caleg DPR RI, DPRD Provinsi Jawa Barat, dan DPRD Kota Depok) se-Paroki St. Paulus Depok. Hadir juga Pokja-24 Keuskupan Bogor, Pokja-24 Dekenat Utara, Pokja-24 Paroki Bunda Maria Ratu, Paroki Herkulanus, Paroki St. Thomas, Paroki St. Matheus, Paroki St. Markus dan St. Matias Cinere, serta Ormas Katolik ISKA, WKRI, Pemuda Katolik dan Vox Point.

Ketua Pokja-24 Paroki Depok, Ansel Ludut dalam laporannya mengatakan, acara tersebut merupakan bagian dari kegiatan Gereja Katolik untuk memastikan bahwa politik merupakan bagian dari prinsip mengutamakan kebaikan umum (bonum commune).

“Oleh karena itu, umat Katolik wajib mengabdikan dirinya demi kepentingan umum dengan ikut terlibat di tengah masyarakat, bangsa dan negara,” ujar Ansel.

Acara tersebut juga merupakan sosialisasi menuju pemilu 2024 mendatang. Karena itu acara juga menghadirkan para calon anggota DPR RI, DPR Provinsi dan DPR Kabupaten/Kota dari Paroki St. Paulus Depok. “Juga diharapkan umat Katolik bisa menjadi pemilih yang cerdas dan bertanggung jawab dalam pemilu 14 Februari 2024 mendatang,” ujarnya.

 

Menjadi Pemilih Cerdas

Luky Yusgiantoro dalam pemparan yang berjudul “Menjadi Pemilih Cerdas, Peran ISKA dalam Menyambut Pesta Demokrasi 2024” mengatakan, ISKA bukan organisasi masyarakat yang turun ke jalan atau menjalankan politik praktis. Walau demikian, katanya, ISKA akan secara aktif melakukan evaluasi dan kritik terhadap kebijakan pemerintah yang salah.

“Kami akan membantu KWI (Konferensi Waligereja Indonesia) untuk melakukan evaluasi terhadap kebijakan pemerintah. Karena itu, kalau Anda terpilih (menjadi anggota legislatif) maka dapat dipastikan ISKA akan menjadi yang pertama untuk melakukan kritik (jika Anda melakukan penyelewengan,” ujar Luky.

(Ketua Presidium Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) Luky Yusgiantoro. Foto: Ist

Luky mengatakan bahwa agenda acara ISKA memang tidak banyak. Hal itu untuk memastikan agar kegiatannya benar-benar berkualitas dan berjalan secara intensif.

Terkait pemilu 14 Februari 2024 mendatang, Luky mengajak semua warga negara, khususnya umat Katolik untuk menggunakan hak pilih mereka. “Apakah Anda berencana mau liburan? Karena jika demikian, itu berarti ada potensi Anda tidak akan mencoblos,” ujarnya.

Sebagai orang Kristiani, Luky menekankan pentingnya warga negara memilih. “Memang memilih merupakan hak warga negara. Namun ketika Anda tidak memilih maka Anda akan melepaskan kewajiban Anda untuk menentukan arah bangsa dan negara ini ke depan,” katanya.

Luky mengatakan, hanya ada dua partisipasi kita sebagai warga negara. Pertama, ikut pemilu dan kedua, ikut terlibat dalam pengawasan terhadap pemerintahan.

“Hanya ada dua kegiatan kita sebagai warga negara yaitu ikut pemilu dan pengawasan terhadap pemerintah. Inilah partisipasi kita sebagai warga negara yang baik. Karena jika kita tidak ikut dalam pemilu maka maka kita juga akan lepas dari kewajiban dan hak kita sebagai warga negara untuk berpartisipasi,” ujarnya.

Ari Nurcahyo mengatakan pemilu 2024 ini merupakan pemilu serentarak yang sangat kompleks. Pemilu ini juga dilaksanakan bertepatan dengan hari Rabu Abu dan Hari Kasih Sayang (Valentine).

Dia mengatakan, kondisi Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Karena itu, menyikapi pemilu mendatang, hampir semua Keuskupan di Indonesia mengeluakan Surat Gembala.

(Direktur Eksekutif PARA Syndicate, Ari Nurcahyo. Foto: Indonews.id)

Karena itu, sebagai umat Katolik, kata Ari, kita juga dituntut untuk menggunakan hak pilih tersebut secara benar, cerdas dan bijak.

Menurut Ari, pemilih cerdas dan bijak itu memiliki empat kriteria. Pertama, memiliki pengetahuan. Dia mengetahui data, dan informasi terkait politik termasuk para caleg.

Kedua, pemilih cerdas dan bijak itu memiliki pemahaman. Dia memahami teks (pengetahuan) politik sesuai konteks di jagad politik.

Ketiga, memiliki kesadaran (awareness). Dia harus menyadari posisi dan disposisi diri untuk tanggap dan terlibat dalam politik.

Keempat, seorang pemilih yang cerdas adalah mereka yang memiliki ketajaman berpikir. Dia harus cerdas mengambil keputusan dan pilihan sikap politik yang baik dan benar.

Mengutip pernyataan Ketua KWI Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, katanya, ada tiga arahan untuk memilih pemimpin dalam pemilu 2024 mendatang.

Pertama yaitu etika dan moralitas. Maksudnya kita harus memilih pemimpin yang tidak menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan menjadi pemimpin.

Kedua, pemimpin dengan rekam jejak terbaik. Pemimpin model ini harus memiliki integritas yang telah teruji. Ketiga, pemimpin yang memiliki visi, misi, dan program terbaik. Pemimpin model ini tidak hanya mengandalkan popularitas di tengah masyarakat.

Ari mengatakan, gereja Katolik tidak berpolik praktis namun berpijak pada politik nilai. Namun, dia mengimbau para pemilih, khususnya pemilih Katolik, untuk memilih calon legislatif yang beragama Katolik.

“Kalau kita memilih maka kita harus pilih caleg Katolik, terlepas dari partai politiknya,” ujarnya.

(RP Yustinus Agung Setiadi, OFM. Foto: Indonews.id)

Karena itu, katanya, keuskupan membentuk Pokja di setiap paroki. “Pokja adalah teman seperjalanan. Jadi jangan melihat Pokja itu sebagai tim sukses Anda kalian,” imbuhnya kepada pada caleg.

Terakhir, untuk memastikan pemilih mencoblos, Gereja Katolik mengampanyekan Gerakan “Kelingking Rabu Abu”. Gerakan ini hendak mengajak para pemilih untuk mengabadikan kelingking pada Hari Kasih Suara, 14 Februari 2024. Gerakan ini dilakukan dengan foto atau selfie, membagikan di medsos, dan menggunakan tagar#KelingkingRabuAbu.

 

Politik Nilai

Sementara itu, RP Yustinus Agung Setiadi, OFM dalam kata penutupnya mengatakan, acara yang dilakukan oleh Paroki St Paulus Depok ini merupakan cara untuk berpolitik menggunakan nilai, berdasarkan nilai-nilai injili.

Nilai tersebut antara lain adalah nilai inklusif yaitu yang menghormati para difabel, dan kaum perempuan. Selanjutnya, nilai subsidiaritas dan mengutamakan kesejahteraan umum.

Pemilu, kata RP Yustinus, merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan proyeksi dan refleksi. Refleksi atas kehidupan masa lalu agar menemukan kehidupan yang lebih baik di masa depan. “Karena itu, rekam jejak dalam memilih itu sangat penting,” ujarnya.

(Dari kiri ke kanan: Ketua Pokja-24 Paroki Depok, Ansel Ludut, Ari Nurcahyo, RP Yustinus Agung Setiadi, OFM, dan Luky Yusgiantoro. Foto: Indonews.id)

Selanjutnya, masyarakat, terutama umat Katolik juga harus memilih pemimpin yang memeng teguh pada Pancasila, menghormati bhinneka tunggal ika, menghargai masyarakat dan mengutamakan kesejahteraan.

“Mudah-mudahan kita bisa mewartakan apa yang kita dengar hari ini kepada masyarakat luas. Namun, kita harus berbicara kepada mereka pada tempat yang tepat,” imbuh Romo.

Sementara itu, Eko Y. Napitupulu menyimpulkan beberapa hal penting dari diskusi tersebut. Pertama, kita perlu memilih presiden-wakil presiden secara objektif dan pikiran jernih.

Selanjutnya, para caleg tetap diminta untuk melakukan kampanye dalam sisa waktu ini secara kreatif.

Cara berpolitik orang Katolik, kata Eko, adalah politik demi kebaikan bersama. Karena itu, pilihlah para caleg yang menghormati kebhinekaan dan martabat manusia. ***

Artikel Terkait