Gaza, INDONEWS.ID-Prospek gencatan senjata di Gaza semakin tidak jelas. Sebab baik Hamas maupun Israeli tidak menyepakati isi gencatan senjata tersebut.
Bahkan usulan gencatan senjata dinilai hanya siasat yang merugikan kelompok berkepentingan.
Kelompok militan Hamas menilai usulan gencatan senjata sebagai “tabir asap" atau tipu daya.
Alasannya, poin-poin gencatan senjata tidak mencakup penghentian perang Israel atau penarikan pasukan Zionis dari daerah kantong tersebut.
Izzat al-Rishq, anggota senior Hamas mengatakan usulan gencatan senjata yang diajukan dalam beberapa hari terakhir tidak mencakup penghentian serangan Israel.
Usulan itu juga tidak mensyaratkan penarikan dari Gaza, atau pemulangan warga Palestina yang mengungsi ke wilayah mereka.
"Kami terlibat secara positif dengan semua usulan dan ide yang memastikan penghentian agresi dan penarikan pasukan pendudukan dari Gaza," kata Izzat, diberitakan Anadolu, pada Sabtu (2/11)
Dia menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggunakan negosiasi sebagai kedok untuk melanjutkan agresi rezim Zionis.
"Permainan pertukaran peran antara pendudukan dan pemerintahan Amerika Serikat sedang berlangsung di Lebanon, seperti halnya di Gaza," tegasnya.
Diketahui, Israel terus menggempur habis-habisan sejumlah wilayah di Gajza. Israel ingin menghabisi militan Hamas yang menguasai wilayah tersebut.
Merasa terdesak, Hamas sejatinya ingin punya waktu jeda agar bisa mengonsolidasi kekuatan. Hamas hanya menyetujui gencatan senjata jika ada klausul pasukan Israel mundur dari Gaza.
Pada Selasa (29/10) lalu, Hamas mengumumkan bahwa mereka telah menanggapi permintaan mediator untuk membahas usulan baru mengenai gencatan senjata di Gaza dan untuk menyelesaikan kesepakatan pertukaran sandera dengan Israel.
Kementerian Luar Negeri Qatar juga menyatakan bahwa upaya mediasi sedang berlangsung terkait gencatan senjata di Gaza.
Namun, upaya mediasi yang dipimpin oleh AS, Mesir, dan Qatar sejauh ini gagal mencapai gencatan senjata.
Washington berpendapat bahwa pembunuhan pemimpin Hamas Yahya Sinwar oleh Israel pada 18 Oktober dapat memicu terobosan dalam negosiasi.
Namun, Hamas mengatakan konflik hanya akan berakhir ketika Israel menghentikan kampanye militernya di wilayah kantong yang terblokade.
Serangan Israel menyebabkan hampir seluruh penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah blokade yang sedang berlangsung.
Ini menyebabkan kekurangan parah terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.