INDONEWS.ID

  • Senin, 06/02/2023 17:01 WIB
  • Bincang Kopi, Tantangan dan Peluang Kopi Indonesia dalam Kerangka Peningkatan Komoditas Kopi

  • Oleh :
    • luska
Bincang Kopi, Tantangan dan Peluang Kopi Indonesia dalam Kerangka Peningkatan Komoditas Kopi

Jakarta, INDONEWS.ID - Pegiat Diplomasi Kopi Kementerian Luar Negeri, Prayono Atiyanto (Diplomat Ahli Utama Kementerian Luar Negeri dan pernah menjadi Duta Besar LBBP RI untuk Republik Azerbaijan periode 2012-2016) kembali menyampaikan pandangannya secara lugas dan tegas mengenai diplomasi kopi Indonesia. Melalui pesan pendek kepada Asri Hadi, Pemimpin Redaksi media online indonews.id, Prayono menyatakan “Perkopian Indonesia sedang tidak baik-baik saja”. 

Hal yang sama juga telah disampaikan Prayono pada acara Bincang Kopi, Tantangan dan Peluang Kopi Indonesia Dalam Kerangka Peningkatan Komoditas Kopi Berkelanjutan dan Bersaing yang diadakan Media Indonesia, 3 Februari 2023. 

Baca juga : Basecamp Artis, Carribe Tawarkan Pengunjung Jadi Barista Dadakan

Bincang kopi ini dipandu oleh Bintang Krishanti, Redaktur Media Indonesia. Selain Prayono Atiyanto hadir juga tiga pembicara lainnya yaitu Farid Amir,S.T.M.S.E, Direktur Ekspor Hasil Produk Pertanian dan Kehutanan Kementerian Perdagangan RI; Bagas Hapsoro selaku Staf Ahli Asosiasi Kopi Indonesia (ASKI); dan Anjar Radite, Vice President Operation Human Initiative.
Prayono mengawali dengan penjelasan bahwa kegiatan diplomasi kopi adalah mempromosikan, memasarkan dan membantu menjual kopi Indonesia ke berbagai negara. Promosi memang merupakan salah satu kegiatan pokok dari diplomasi yang dilakukan melalui sebuah kolaborasi antara Kementerian Luar Negeri, Kementerian dan Lembaga terkait, Perwakilan RI di luar negeri, Pemerintah Daerah, eksportir kopi Indonesia, masyarakat Indonesia di luar negeri (diaspora), koperasi kopi, dan petani.

Menurut Prayono, kecenderungan meningkatnya konsumsi kopi di dalam negeri memang perlu disambut baik. Akan tetapi, produktivitas kopi Indonesia masih belum menunjukkan kenaikan signifikan. Perkembangan ini perlu dicermati dari waktu ke waktu. 

Baca juga : Ekosistem Kopi Nasional yang Berkeadilan Dapat Menumbuhkan Agribisnis Kopi Sebagai "Indonesia Renewable-Black Gold"

Belum lagi persoalan menjaga ketersediaan (volume) kopi untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri. Demikian pula halnya soal kualitas yang sesuai dengan standar pasar internasional (termasuk keperluan sertifikasi dan uji mutu, ramah lingkungan, keberpihakan kepada petani kopi).
Real and present danger! 

Demikian ungkapan yang dipilih Prayono untuk menggambarkan situasi pasar Eropa saat ini dan ke depan. Hal ini terkait dengan usulan Uni Eropa yaitu “Regulation on Deforestation and Forest Degradation/Deforestation-Free Commodities” (DFC), yang menerapkan kebijakan uji tuntas (mandatory due diligence) dari hulu ke hilir, di seluruh rantai nilai global. Ada tujuh komoditas yang disasar, yaitu sawit, daging, kayu, kopi, kakao, karet, soya, dan produk turunannya. 

Baca juga : HUT Koperasi ke-75, Nurdin Halid: Gerakan Koperasi Indonesia Menggugat Luruskan Sejarah!

Menurut Prayono, mesin diplomasi Indonesia tentu tidak tinggal diam saja. Keadaan ini juga memerlukan langkah-langkah penguatan kolaborasi lintas pemangku kepentingan termasuk cara-cara yang bisa mendukung keberterimaan kopi-kopi Indonesia di pasar global (mengutip slogan klub sepak bola liga Inggris Liverpool FC “You’ll Never Walk Alone”).

Apakah sertifikasi bisa lebih menjamin keberterimaan kopi Indonesia di pasar dunia (khususnya Eropa)? Bagaimana cara menarik investasi luar negeri untuk memperkuat infrastruktur budi daya perkebunan kopi sehingga bisa membantu meningkatkan pemenuhan standar kopi Indonesia masuk ke rantai pasok kopi dunia? Ini beberapa hal yang perlu dibicarakan dan diupayakan bersama.

Ina-access. 
Prayono juga berbagi informasi mengenai langkah yang ditempuh Kementerian Luar Negeri menyikapi perkembangan (perubahan) pola komunikasi dan interaksi termasuk untuk keperluan bisnis menggunakan media sosial dan platform digital (dipicu oleh situasi saat pandemi Covid 19). Saat ini Kementerian Luar Negeri sudah memiliki ina-access (www.ina-access.com) yang memiliki fitur promosi perdagangan, investasi dan pariwisata.

Ina-access adalah sebuah platform digital ekonomi yang saat ini dikelola oleh Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa dan diresmikan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada 14 Oktober 2021. Ke depan ina-access juga dipersiapkan untuk menjangkau kawasan Asia, Pasifik dan Afrika. Sebagai informasi, sampai dengan akhir Desember 2022 situs ina-access.com sudah diakses oleh 22.747 pengunjung dari 164 negara!

Ina-acccess terbuka untuk dimanfaatkan oleh semua pebisnis Indonesia (termasuk UKM) yang berminat menjadi exhibitor dan melakukan kontak bisnis dengan pengusaha di kawasan Amerika dan Eropa. Ina-access menyediakan informasi mengenai business inquiries (penciptaan peluang ekspor, kerja sama investasi).

Sama sekali tidak dipungut biaya (alias gratis) untuk menjadi exhibitor di ina-access. Bagi setiap calon exhibitor wajib menyampaikan informasi mengenai profil perusahaan, email dan nomor kontak, dokumen nomor induk berusaha (NIB), SIUP, NPWP, bukti kepemilikan perusahaan.

Branding Kata KOPI
Saat ini masih belum ada nation branding untuk kopi Indonesia. Pendapat ini disampaikan Prayono dan meminta agar kata KOPI lebih digunakan ketimbang coffee dalam mempromosikan dan memasarkan kopi Indonesia di luar negeri. Kata KOPI akan menjadi penanda identitas kopi-kopi Indonesia. 

Sejumlah komunitas dan produsen kopi di Indonesia juga sudah mulai mencantumkan kata KOPI dalam kemasan kopi hasil olahannya. 

Pencantuman kata INDONESIA pada kemasan kopi-kopi Indonesia juga menjadi perhatian Prayono. Kata INDONESIA menjelaskan bahwa biji kopi tersebut dibudidayakan, diproses dan diolah di daerah-daerah perkebunan kopi Indonesia. Menurut Prayono ada aspek lain yang saat ini juga perlu mendapatkan perhatian bersama yaitu terkait sistem pelacakan (traceability) rantai pasok kopi yang semakin mengemuka.

Peran DIASPORA INDONESIA
Diaspora/masyarakat Indonesia di luar negeri juga berkontribusi dalam menggarap promosi dan pemasaran kopi-kopi Indonesia. Sebagai ilustrasi, Prayono menceritakan mengenai kegiatan anak muda Indonesia di Jerman yang tergabung dalam kelompok bisnis Meramanis. Selain itu, juga ada Roemah Indonesia di Belanda. (Lka)

                    


 

Artikel Terkait
Basecamp Artis, Carribe Tawarkan Pengunjung Jadi Barista Dadakan
Ekosistem Kopi Nasional yang Berkeadilan Dapat Menumbuhkan Agribisnis Kopi Sebagai "Indonesia Renewable-Black Gold"
HUT Koperasi ke-75, Nurdin Halid: Gerakan Koperasi Indonesia Menggugat Luruskan Sejarah!
Artikel Terkini
KPKNL mulai Cium Aroma Busuk di Bank Indonesia
Akses Jalan Darat Terbuka, Pemerintah Kerahkan Distribusi Logistik ke Desa Kadundung
Elit Demokrat Ardy Mbalembout Mengutuk Keras Aksi Penyerangan Mahasiswa Saat Berdoa di Tangsel
Penutupan Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Bagian dari Strategi Bisnis untuk Fokus pada Lini Penjualan
Presiden Jokowi Masih Kaji Calon Pansel KPK yang Sesuai Harapan Masyarakat
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas