INDONEWS.ID

  • Minggu, 04/02/2024 11:09 WIB
  • Menggali Kehidupan di Bawah Cahaya Zakat BAZNAS: Kisah Pedagang Kaki Lima Lepas dari Jerat Utang

  • Oleh :
    • karim
Menggali Kehidupan di Bawah Cahaya Zakat BAZNAS: Kisah Pedagang Kaki Lima Lepas dari Jerat Utang
Peran BAZNAS salah satunya juga dirasakan oleh pelaku UMKM (ilustrasi oleh Karim).

Jakarta, INDONEWS.ID - "Ibu tua itu tewas sehabis berjuang keras mendapatkan sedekah dari seorang juragan yang amat pemurah." - Joko Pinurbo

Potongan puisi dari Joko Pinurbo di atas memberikan kita pandangan tentang perjuangan seseorang dalam menjemput rezeki yang keras. Potongan puisi itu menggambarkan kegigihan dan harapan seseorang yang mencari cahaya di tengah gelapnya kehidupan.

Baca juga : Kemiskinan Sebagai Ladang Elektoral

Solidaritas dan empati terhadap sesama manusia, tanpa memandang perbedaan budaya, agama, atau latar belakang sosial, menjadi nilai fundamental yang tersirat dalam potongan puisi tersebut. Namun, realitas kehidupan kadang menghadirkan ironi di mana upaya berbagi dan penyaluran bantuan tidak selalu berjalan sesuai harapan.

Kita sering mendengar berita tentang penyaluran bantuan yang mengalami berbagai kendala, bahkan menyebabkan konflik dan bahaya bagi para penerima maupun pendukungnya. Mulai dari kericuhan kecil hingga insiden yang lebih tragis, seperti korban jiwa, memberikan gambaran akan kompleksitas dalam menjalankan penyaluran bantuan.Dalam puisi yang disajikan di atas, tentu sangat disayangkan bahwa dalam upaya membagikan bantuan, justru terjadi berbagai permasalahan yang mengancam keselamatan dan keamanan individu. Kita tentu pernah mendengar banyak kabar dan kejadian yang mencuat tentang penyaluran bantuan yang malah menimbulkan konflik dan bahkan korban jiwa. Mulai dari kericuhan kecil hingga kasus yang lebih tragis seperti korban meninggal, hal ini menyoroti pentingnya menjalankan penyaluran bantuan dengan cermat, adil, dan terorganisir.

Baca juga : Pentingnya Laporan Keuangan Modern bagi UMKM

Dalam menyalurkan bantuan, diperlukan pengawasan yang ketat, koordinasi yang baik, serta pendekatan yang bersifat inklusif untuk memastikan bahwa upaya berbagi dan memberi tidak hanya memberikan manfaat, tetapi juga menghindari terjadinya konflik dan bahaya yang tidak diinginkan.

Membicarakan kegiatan penyaluran bantuan, mengingatkan saya tentang lembaga pengumpulan dan penyaluran bantuan yang populer di Indonesia, yakni Badan Amil Zakat Nasional atau karib disebut BAZNAS. Di website resminya, dijelaskan bahwa BAZNAS adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. “BAZNAS merupakan Lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama.”

Baca juga : Urgensi Menerapkan Good Corporate Governance dengan Nilai-nilai Indonesia bagi UMKM

Menurut saya, sebagai lembaga resmi yang dibentuk oleh Pemerintah, BAZNAS seharusnya menjadi representasi penting bagaimana mengumpulkan dan menyalurkan bantuan yang baik dan tentunya tepat sasaran.

Selasa pagi, 30 Januari 2024, saya mendatangi kantor BAZNAS Bazis DKI Jakarta di Kebon Melati, Tanah Abang. Karena kantor BAZNAS berada di lantai 5, maka saya harus menggunakan lift. Saat memasuki ruang kantor BAZNAS, saya sudah melihat dua orang pemuda mengenakan pakaian sederhana meminta bantuan.

Dua pemuda itu menjelaskan sejumlah alasan yang tentunya diharapkan menjadi wasilah agar segera menerima bantuan dari BAZNAS. Namun, petugas tentu tak semudah itu mengiyakan alasan-alasan yang disampaikan.

Pertemuan antara pemohon bantuan dengan petugas BAZNAS itu menciptakan momen refleksi tentang keberadaan lembaga tersebut sebagai harapan bagi mereka yang tengah mengalami kesulitan. Seperti dalam kasus dua pemuda yang datang untuk meminta bantuan, petugas mungkin harus melakukan evaluasi yang cermat sebelum memberikan bantuan. Meskipun kedua pemuda tersebut masih muda dan memiliki anggota tubuh lengkap, tidak selalu menjamin bahwa mereka tidak membutuhkan bantuan.

Pendekatan yang diberikan oleh petugas BAZNAS, yaitu memberikan nasihat agar para pemuda lebih giat dalam mencari uang, merupakan respons yang wajar. Petugas tersebut mungkin ingin mendorong mereka untuk mandiri dan tidak terlalu bergantung pada bantuan sosial. Namun, kita tidak selalu mengetahui latar belakang lengkap dari setiap pemohon bantuan. Mungkin saja ada faktor-faktor yang tidak terlihat secara langsung yang membuat mereka membutuhkan bantuan, meskipun secara fisik mereka masih mampu.

Keberadaan BAZNAS memang menjadi harapan bagi banyak orang yang mengalami kesulitan. Banyak yang memilih BAZNAS karena merasa bahwa lembaga ini dapat memberikan bantuan dengan lebih adil dan tanpa diskriminasi. Mereka mungkin merasa lebih nyaman dan terhormat saat meminta bantuan kepada lembaga resmi seperti BAZNAS, dibandingkan dengan meminta bantuan kepada individu atau kelompok lain yang mungkin kurang terjamin keadilannya.

Bagi sebagian orang, BAZNAS menjadi harapan terakhir ketika mereka tidak memiliki opsi lain. Rasa malu dan takut untuk meminta bantuan kepada orang lain juga bisa menjadi faktor yang mendorong mereka untuk memilih BAZNAS sebagai tempat mencari uluran tangan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran BAZNAS sebagai lembaga yang dipercaya dapat memberikan dukungan sosial bagi mereka yang membutuhkannya, tanpa membuat mereka merasa terpinggirkan atau dihakimi.

Kita tentu tak bisa mengelak bahwa keinginan untuk mendapatkan bantuan seringkali terhalang oleh risiko finansial yang terkait dengan berbagai bentuk pinjaman. Pinjaman dari bank seringkali menyertakan bunga yang tinggi, sementara pinjaman online dapat memiliki persyaratan dan bunga yang lebih kejam lagi. Ini dapat mengakibatkan beban finansial yang lebih berat bagi penerima bantuan, karena mereka terjebak dalam siklus hutang yang sulit untuk keluar.

Terkait pinjam-meminjam, saya akan menceritakan obrolan saya dengan seorang pedagang kaki lima yang pernah mendapat bantuan dari BAZNAS.

 

BAZNAS Beri Nafas Lega untuk UMKM

Pada Kamis, 2 Februari 2024, Ahmad, seorang pedagang kaki lima di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, membagikan pengalamannya tentang mendapatkan bantuan dari BAZNAS. Kebetulan, BAZNAS sempat berkantor di Kebon Sirih.

Di tengah matahari yang mulai terik pukul 11 siang, Ahmad bercerita bahwa dirinya pernah mengalami kesulitan finansial karena utang yang menumpuk. Namun, ia sangat yakin bahwa di dalam kesulitan akan ada kemudahan.

"Ya dulu pernah mengalami masa sulit. Pernah punya utang. Tapi saya yakin saja, saya jalani saja. Nah, dulu pernah ada program dari BAZNAS, tapi saya lupa namanya. Jadi, misal kita ada masalah sama bank, kayak utang, nah, kita bisa mengajukan bantuan ke BAZNAS. BAZNAS akhirnya yang nutupin utang itu," kata Ahmad sambil menyiapkan dagangannya.

Dia menceritakan bahwa BAZNAS telah memberikan bantuan kepadanya dalam mengatasi masalah utangnya. Dalam kasusnya, dia menjelaskan bahwa BAZNAS memberikan fleksibilitas dalam pembayaran kembali bantuan tersebut. Ahmad mengaku dapat membayar kembali bantuan tersebut dengan jumlah yang sesuai dengan pendapatannya setiap harinya, yang memungkinkannya untuk secara bertahap melunasi utangnya tanpa menimbulkan beban finansial yang berlebihan.

“Misalkan kita punya utang Rp3 juta, itu ditutup dulu sama BAZNAS. Tapi kita tetap wajib mengembalikan. Nanti cara mengembalikannya ya sesanggupnya kita, kalau dulu saya perhari kadang sepuluh ribu, kadang lima belas ribu. Sampai lunas. Jadi sangat membantu,” kata dia.

Pengalaman Ahmad menyoroti pentingnya peran BAZNAS dalam memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan, terutama dalam situasi keuangan yang sulit. Bantuan yang diberikan oleh BAZNAS tidak hanya memberikan solusi untuk masalah finansial, tetapi juga memberikan rasa lega dan harapan bagi individu seperti Ahmad untuk dapat bangkit dari kesulitan yang dihadapinya.

“Dulu BAZNAS sempat berkantor di sini (Kebon Sirih). Itu banyak membantu masyarakat di sini yang kesulitan. Di sini kita pedagang yang merasakan sendiri langsung bantuan-bantuan dari BAZNAS kalau ada masalah seperti terlilit utang tadi,” kata Ahmad.

Ia lantas menyebutkan ada sekian orang tak mampu, salah satunya seorang marbot masjid, yang dapat suntikan modal dari BAZNAS untuk membuka usaha kecil-kecilan.

“Tapi, kita sadar karena kita masih bisa dagang ya kita kembalikan uang dari BAZNAS, jadi soal nerima zakat ada sendiri lah yang lebih pantas, seperti marbot masjid dulu pernah dikasih modal untuk usaha," kata dia.

Selain cerita Ahmad, tentu masih ada banyak pengalaman hidup orang lain yang terbantu oleh BAZNAS sebagaimana disajikan di laman resmi BAZNAS.

 

Upaya BAZNAS Jaga Amanah

Saya teruskan cerita saya di kantor BAZNAS Bazis DKI Jakarta.

Sambil mendengarkan dua pemuda yang memohon bantuan, saya tiba-tiba diberi pertanyaan oleh petugas terkait tujuan saya datang ke sana. Saya pun berterus-terang ingin tahu banyak hal tentang BAZNAS.

Gayung pun bersambut. Saya disambut hangat oleh Kepala Seksi Humas BAZNAS Bazis DKI Jakarta, Habibi Zein. Dalam suasana yang santai, saya langsung menyampaikan keperluan untuk mengetahui lebih dalam mengenai bagaimana BAZNAS beroperasi sejauh ini. Tanpa ragu, Zein memberikan penjelasan yang detail.

Pertama-tama, ia menegaskan bahwa BAZNAS mengikuti pedoman yang telah ditetapkan oleh PERBAZNAS RI dalam setiap tahap pendayagunaan, pengumpulan, dan penyaluran dana. Menurut Zein, BAZNAS DKI Jakarta berada di bawah induknya, BAZNAS RI, dengan menjunjung tinggi prinsip keamanan yang mencakup aspek syariah, regulasi, dan keselamatan negara.

“Kita dalam menjalankan BAZNAS menginduk pada BAZNAS RI. Yang Penting menggunakan prinsip aman, yakni aman syar’i, aman regulasi, dan aman nkri,” ujar Zein.

Pembeda utama BAZNAS dari lembaga sejenis lain, menurut Zein, adalah statusnya sebagai lembaga non-struktural resmi pemerintah dalam pengelolaan zakat. Dengan dasar hukum yang jelas, BAZNAS menjadi satu-satunya lembaga yang disebutkan oleh Presiden untuk donasi Palestin. Legalitasnya yang jelas memberikan keyakinan bahwa pengumpulan dan penyaluran zakat dilakukan secara transparan dan akuntabel.

“Yang membedakan BAZNAS dari lembaga sejenis lain adalah BAZNAS kan lembaga non-struktural resmi dari pemerintah. undang-undangnya jelas, bahwa pengelolaan zakat harus berdasarkan BAZNAS, jadi keunggulan kita ya di situ, jadi kita lembaga resmi pemerintah tentang zakat. dan satu2nya lembaga yang disebut presiden untuk donasi Palestin. Jadi ini lembaga resmi pemerintah, jadi ada dasarnya semua, pengumpulan zakatnya, penyalurannya. Legalitasnya jelas," kata Zein.

Dalam penjelasannya, Zein juga menyoroti pentingnya penyaluran bantuan yang tepat sasaran. Untuk memastikan hal ini, BAZNAS mengandalkan data yang diperoleh dari kelurahan dan kecamatan tertentu. Setiap permohonan bantuan harus didukung oleh Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang dikeluarkan oleh pihak berwenang, sehingga memastikan bahwa bantuan yang diberikan benar-benar mencapai yang membutuhkan.

“Namanya penyaluran harus tepat sasaran. Harus ada datanya, yang diperoleh dari kelurahan, kecamatan tertentu. Jadi, semua permohonan bantuan yang sesuai asnaf itu semua harus ada namanya sktm surat keterangan tidak mampu yang dikeluarkan oleh pihak kelurahan maupun kecamatan," kata Zein.

Sebagai lembaga pengumpulan dan penyaluran zakat, BAZNAS juga bergerak untuk menyadarkan akan pentingnya memberikan sebagian harta mereka untuk membantu sesamanya. Zein menjelaskan bahwa sosialisasi menjadi bagian penting dari aktivitas BAZNAS setiap hari.

“Kita selalu melakukan sosialisasi, baik secara internal maupun eksternal, BAZNAS berupaya menyebarkan informasi melalui berbagai kanal, termasuk sekolah, organisasi, dan masjid lingkungan. Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membayar zakat,” kata dia.

Zein kemudian menjelaskan upaya digitalisasi di BAZNAS DKI Jakarta yang telah dimulai sejak masa pandemi COVID-19. Namun, ia mengakui bahwa langkah tersebut belum memiliki pengaruh besar sebagaimana BAZNAS RI. Meskipun demikian, ada manfaat kemudahan dari digitalisasi tersebut sehingga ia terus mengupayakan langkah itu.

"Kita sudah melakukan digitalisasi sejak covid ya, cuma memang belum sebanyak BAZNAS RI. Tapi, kita sedang mengupayakan lebih lagi kanal digitalnya. Harus diakui bahwa digitalisasi kita sejauh ini sih belum memberikan pengaruh besar ya, belum sebanyak BAZNAS RI. Jadi, tetap lebih banyak masyarakat yang memberikan zakat secara langsung. Tapi, alhamdulillah perlahan mulai bergeser, dari yang awalnya secara langsung, terus sekarang lewat misalnya, bank mitra, terus melalui landing page kita, simpulkebaikan.id, terus donasi via kasir atau qris, seperti itu," tuturnya.

Hal itu senada dengan pernyataan Ketua BAZNAS RI KH. Noor Achmad saat mengisi sambutan dalam acara HUT BAZNAS RI ke-23 di Jakarta. Menurut Kiai Noor, BAZNAS memiliki peran yang sangat penting sebagai solusi berkelanjutan di tengah kompleksitas dan dinamika masyarakat. Melalui berbagai program, seperti pendidikan, kesehatan, dan pengembangan ekonomi produktif, BAZNAS berupaya keras untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan adil.

“Mari kita tingkatkan sinergi, kolaborasi, dan kebersamaan dalam menjalankan amanah ini. BAZNAS harus terus berkembang, inovatif, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya dalam setiap langkah perjalanan kita,” kata Kiai Noor, dikutip laman resmi BAZNAS RI.

Dalam acara itu, saya terkesan oleh tema acara yang sarat akan makna, yakni "Nikmatnya Berzakat: Tentram Muzaki, Bahagianya Mustahik." Kiai Noor menjelaskan bahwa tema tersebut bertujuan untuk menekankan pentingnya kedamaian bagi muzaki (pemberi zakat). Menurutnya, ketika muzaki merasa tentram dalam memberikan zakat, maka kebahagiaan akan dirasakan oleh mustahik (penerima zakat). Ini tentunya menjadi cerminan dari sebuah budaya zakat yang memberi manfaat di tengah-tengah masyarakat.

"Tentramnya muzaki karena senangnya kepada kita semua bahwa kita sudah menciptakan kultur zakat yang bermanfaat di tengah muzaki," tuturnya.

Ia juga menegaskan bahwa ketika seseorang merasa nikmat dalam beribadah, maka itu menunjukkan bahwa orang tersebut telah merasakan simpati dan empati tidak hanya kepada dirinya sendiri, tetapi juga kepada sesama.

Kiai Noor juga menyampaikan komitmen BAZNAS untuk terus memberikan pelayanan terbaik kepada muzaki dan memastikan kebahagiaan bagi mustahik.

"Kita juga memberikan pelayanan terbaik bagi muzaki. Kami sampaikan kepada seluruh BAZNAS se-Indonesia jangan pernah lupa mendoakan para muzaki. Demikian juga jangan pernah lupa membuat mustahik bahagia. Ini perlu kita ciptakan bersama di masa yang akan datang. Kenikmatan yang muncul dari para pimpinan Amilin Amilat menjadi satu kesatuan yang ada dan menjadi rasa syukur dalam bekerja,” ucapnya.

Saya kemudian penasaran terkait kesadaran masyarakat dalam berzakat. Zein dengan terus-terang menyayangkan hal itu. Ia mengatakan sejauh ini pengumpulan zakat banyak berasal dari potongan gaji ASN.

“BAZNAS ini di atas 50 persennya adalah zakat dari ASN. Gaji ASN yang dipotong melalui bank DKI,” kata Zein.

Baik Zein maupun Kiai Noor, sama-sama menuturkan bahwa setiap setiap tahun target BAZNAS selalu dinaikkan. Hal ini mencerminkan penerapan salah satu ajaran Alquran, yakni Fastabiqul khairaat yang bermakna berlomba-lombalah dalam kebaikan.

Kiai Noor menuturkan bahwa target penghimpunan dana Zakat, Infak, sedekah, dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya (ZIS DSKL) secara nasional tahun 2024 sebesar Rp43,758 triliun, naik sekira 30 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp33 triliun. BAZNAS pun bertekad mengentaskan kemiskinan sebanyak 3,2 juta jiwa dari 64 juta penerima manfaat pada tahun 2024.

Siapa pun kita, berasal dari daerah mana pun, akan terus mengamini hal-hal baik di sekeliling kita. Semoga target BAZNAS segera mendapat ijabah dari Allah SWT. (krm)

Artikel Terkait
Kemiskinan Sebagai Ladang Elektoral
Pentingnya Laporan Keuangan Modern bagi UMKM
Urgensi Menerapkan Good Corporate Governance dengan Nilai-nilai Indonesia bagi UMKM
Artikel Terkini
Hari ini Pengurus FOKBI Gelar Silaturahmi Jelang Musda di Jakarta
Pemred indonews.id Hadiri Halal Bi Halal di Kediaman Laksamana Purn Ade Supandi
Menikah di Balai Sarwono, Bregas Ingin Merasakan Atmosfer Adat Jawa yang Kental
Pelepasan 247 Calon Siswa Bintara Bakomsos dan Tamtama Polri Terpadu Tahun Angkatan 2024
Wujudkan Kemandirian Daerah, Kepala BSKDN Dorong Proyek Perubahan Jadi Inovasi
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas