Nasional

Media Sosial Tidak Mengubah, Hanya Mengamplifikasi Suara

Oleh : very - Selasa, 17/04/2018 13:30 WIB

Jakarta, INDONEWS.ID - Media sosial tidak berfungsi mengubah suara atau perilaku politik tapi  hanya mengamplifikasi atau menggandakannya. Konflik sosial serta dinamika politik yang ada akan tetap ada. Jejaring sosial hanya berfungsi untuk membesarkannya.

Margareta Astaman, 33, menegaskan hal itu  dalam  Kursus Intensif Spiritualitas Perutusan Sosial Politik (KISPOL) Ikatan  Sarjana Katolik  Indonesia (ISKA)  yang dilangsungkan di Jakarta pada Jumat, 13 April 2018.  Margareta  tampil  sebagai pembicara pertama dalam program yang akan berlangsung selama sepuluh pekan ini.

Chiel Content Officer PT Indoportal Nusantara, yang juga seorang penulis ini, ini  membawakan topik  “Peran Media Sosial dalam Politik Zaman Now”. Hampir 100 peserta memadati ruang semiar ISKA Center di  Kompleks Ruko Roxy Mas Blok E1/31, Jalan Tanjung Selor, Jakarta Pusat. Dia mengatakan, media sosial tetap akan mempengaruhi peta politik nasional karena sekitar 23 persen masyarakat Indonesia mengakses dan terkoneksi aktif dengan media sosial. Dari jumlah ini, “Sebesar 56 persen ada di kota-kota besar,” ujarnya.

Kata Margareta, bahagian terbesar  pengguna media sosial ada di perkotaan. Kelompok ini  paling besar terpengaruh oleh misalnya,  ujaran kebencian atau hoax yang disebarkan media sosial. Menurut alumna Nayang University, Singapura ini masyarakat desa justru  paling rentan mendapat pengaruh media sosial, karena pendidikan mereka rendah.

“Oleh karena itu, kalau mau bermain di media sosial  sasarannya adalah pengguna masyarakat perdesaan karena kelompok tersebut paling rentan terhadap ujaran kebencian,”  Margareta mencontohkan.

Kuatnya peran media sosial dalam mengamplifikasi atau menggandakan suara membuat peta pertarungan pemilu 2019 – baik pilkada maupun pemilihan presiden – kian menarik. Apalagi, saat ini sudah muncul dua nama yang bakal kembali bersaing di pemilihan presiden  2019 yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

Margareta menegaskan bahwa di sini pentingnya semua orang aktif berperan media sosial. “Jika Anda tidak aktif terlibat dalam media sosial, maka ada orang lain yang akan “mengambil” suara Anda,”  kata dia.

Penulis ini mencontohkan bila kita pasif menanggap berita bohong atau hoax maka kita sudah melakukan pembiaran – dan berita bohong tersebut akan semakin viral dan membesar. “Prinsip yang waras mengalah harus segera kita tinggalkan,” kata dia.

Alasan dia,  bila kita melakukan pembiaran maka  “orang-orang  tak waras“ yang  akan  terus meracuni keasadaran  masyarakat dengan berita-berita hoax. “Karena itu, penting bagi pengguna sosial media untuk  mengubah perilaku serta persepsi  politik  bagi para penggunanya,” ujar Margareta.

Ketua Presidium Pusat ISKA Hargo Mandirahardjo mengatakan tujuan ISKA dan Jendela Nasional – portal berita yang menjadi mitra program ini- adalah untuk membangkitkan dan menguatkan kembali kesadaran publik bahwa politik itu tidak sekadar proses mencapai dan membagi kekuasaan semata. “Ada fungsi lebih penting yang perlu kita sadari bersama dalam tujuan politik yaitu membangun bonum commune atau kesejahteraan umum,” kata Hargo saat memberikan keterangan keterangan kepada media, seusai KISPOL  perdana  ini.

Doktor Gories Lewoleba, Ketua Program KISPOL, sekaligus pemandu diskusi bersama Margareta Astaman mengatakan, kursus ini  diharapkan dapat meluaskan perspektif  masyarakat  tentang ajaran sosial Gereja Katolik  dalam dinamika  politik masa kini.

Program yang digagas organisasi cendekiawan Katolik serta Jendela Nasional ini dihadiri peserta dari Jakarta mau pun dari sejumah provinsi di tanah air, antara lain, Kalimantan Tengah, Papua, dan Nusa Tenggara Timur. Latar belakang peserta cukup beragama mulai dari akademisi, profesional, pengamat politik, hingga para politisi.

Dinamika aktif dalam KISPOL perdana ini membuat Hargo mau pun Gories mengaku optimistis bahwa sembilan program ke depan akan menghadirkan lebih banyak lagi publik. “Kami gembira, forum perdana ini berhasil menghadirkan pera peserta yang tepat sasaran serta aktif berpartisipasi,” ujar Hargo serta Gories di akhir acara. (Very)

Artikel Terkait