Nasional

Pilar Moderasi Beragama Wajib Steril dari Radikalidasi Agama

Oleh : hendro - Sabtu, 10/11/2018 19:31 WIB

Siti Ruhaini Dzuhayatin, Staf Khusus Presiden bidang Keagamaan Internasional (Yoshiko Photography)

Semarang, INDONEWS.ID - Pilar moderasi beragama wajib steril dari radikalisasi agama. Hal tersebut dikemukakan oleh Siti Ruhaini Dzuhayatin, Staf Khusus Presiden Bidang Keagamaan dalam acara Diskusi Terfokus “ Penguatan  Moderasi Beragama sebagai Fondasi Hidup Berkebangsakan dalam Merespon Tantangan Global”  dihadapan ketua-ketua Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) di Semarang pada tanggal 09 November 2018 kemarin. 

Diskusi terfokus ini merupakan rangkaian acara Staf Khusus Presiden Bidang Keagamaan dalam upaya penguatan moderasi beragama dengan berbagai angkatan   muda  di seluruh Indonesia. 

 Diskusi ini sangat penting mengingat angkatan muda merupakan kelompok strategis bagi berbagai kepentingan karena sifatnya dinamis, tidak terkecuali kepentingan politis dan idiologis. 

FGD melibatkan  Ketua Pimpinan wilayah Muhammadiyah, Ketua Wilayah Pemuda Muhammadiyah, Ketua Nasyiatul Aisyiyah, Ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Ketua Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ketua Hisbul Wathan Se Jawa-Tengah Utara.

Ruhaini mengajak Angkatan Muda Muhammadiyah untuk menjaga doktrin dasar Persyarikatan Muhammadiyah yang Agamis, rasional, berkemajuan dan adaptif dalam fastabiqul khairat dalam dakwah bil hal. Ustadz Rosihan menekankan bahwa perjuangan Muhammadiyah adalah bil hikmah dan ‘ jalan tengah’ yang menjadi landasan wasatiyyat Islam yg dikukuhkan dalam “Bogor Message” seruan “ Islam jalan tengah” dari Indonesia yang diprakarsai Utusan Khusus Prediden Bidang Dialog Agama, Prof Dr Din Syamsuddin. 

Wasatiyyat Islam Indonesia berakar pada kearifan budaya Nusantara, berwarak Berkemajuan dan berbasis kebangsaan Indonesia. Dua organisasi Islam besar dan arusutama: Nahdlatul Ulama Muhammadiyah  adwlah menjaga Wasatiyyat Islam Indonesia dan oleh karena itu, perlu terus dijaga moderasi beragamanya dan 
‘ wajib’  disterilkan dari segala bentuk radikalidasi agama yang memiliki agenda lain dari  prinsif wasatiyyat Islam. 

Muhammadiyah telah menetapkan bahwa NKRI dan Pancasila adalah ‘Darul Ahdi wa Syahadah’ dan NU menetapkan NKRI harga mati dalam Resolusi jihad kebangsaan.

Kedua organisasi ini merupakan karunia Allah SWT kepada bangsa Indonesia yg mampu benteng penahan gelombang pasang radikalisasi trans-nasional yang telah memporak-porandakan beberapa negara-negara Islam.

Dengan Wasatiyyat Islam yang menjadi modalitas keumatan dan  kebangsaan, Presiden Joko Widodo berupaya menampilkan Indonesia sebagai representasi Islam yang damai dan ramah dipentas internasional. Islam yang bersinergi harmonis dengan modernitas, demokrasi dan keadaban dunia. 

Ruhaini menegaskan  bahwa Masa depan Islam adalah Indonesia." Kita wajib menjaga dan mempromosikan sebagai perintah Allah” Li i’lai kalimatullah fil ardl,”tutupnya.

Artikel Terkait