Internasional

KBRI Brussel Kirim 11 Peserta Indonesia Interfaith Scholarship

Oleh : hendro - Selasa, 13/08/2019 05:50 WIB

Program IIS diikuti oleh 11 peserta dari Uni Eropa dengan latar belakang antara lain dari Parlemen Eropa, Komisi Eropa, 1 orang jurnalis dan 1 orang mahasiswa, ditambah 3 orang pemangku kepentingan dari Jerman.

 

Brussel, INDONEWS.ID - KBRI Brussel dan Pusat Kerukunan Umat Beragama, Kementerian Agama kembali menyelenggarakan kegiatan Indonesia Interfaith Scholarship (IIS) tahun ini. Diluncurkan sejak tahun 2012, Program ini memberikan kesempatan bagi tokoh, pejabat dan pemangku kebijakan dari UE dan negara-negara UE untuk melihat secara langsung keberagaman dan toleransi, moderasi serta penerapan demokrasi di Indonesia. 

Tahun 2019 ini Program IIS diikuti oleh 11 peserta dari Uni Eropa dengan latar belakang antara lain dari Parlemen Eropa, Komisi Eropa, 1 orang jurnalis dan 1 orang mahasiswa, ditambah 3 orang pemangku kepentingan dari Jerman.

Pada penyelenggaraan keenam kali ini, para peserta akan mengunjungi Jakarta, Yogyakarta dan Bali. Para peserta yang datang dari berbagai negara di Eropa dapat menyaksikan dari dekat bagaimana kehidupan beragama dipraktekkan di Indonesia; bagaimana Indonesia mengelola perbedaan antar umat beragama, serta bagaimana Indonesia berdemokrasi. 

Dalam program yang mengendepankan dialog ini, para peserta IIS dijadualkan akan bertemu dan berdiskusi dengan berbagai tokoh agama dan akademisi di Indonesia termasuk Franz Magnis Suseno, K.H. Aswin R. Yusuf, dan Bhikku Jotidhammo Mahathera, serta para akademisi di Universitas Islam Negeri Kalijaga Yogyakarta. 

Tidak hanya itu, para peserta IIS juga akan melakukan berbagai kunjungan ke berbagai tempat ibadah seperti masjid dan pesantren, gereja dan kuil, serta memanfaatkan kesempatan kunjungan mereka untuk mengunjungi desa-desa dan perkampungan untuk melihat dari dekat kehidupan beragama sehari-hari di Indonesia. 

Meskipun bukan model yang sempurna, toleransi di masyarakat Indonesia diharapkan dapat menjadi rujukan bagi negara-negara di Eropa, yang juga menghadapi isu serupa seperti isu Islamophobia. Selain itu, pemahaman yang lebih baik mengenai toleransi dan plurasime di Indonesia diharapkan dapat memberikan perubahan pandangan yang positif mengenai Indonesia, khususnya di kalangan Parlemen UE yang diakui sering mengeluarkan resolusi dan pernyataan yang kurang relevan mengenai Indonesia. 

Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, Indonesia perlu memperlihatkan bahwa prinsip demokrasi sejalan dengan kultur Indonesia dan nilai-nilai keagamaan yang berkembang di Indonesia. Indonesia berhasil menerapkan system pemerintahan yang demokratis. Hal ini disampaikan oleh Plt. Dirjen Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah yang berkesempatan bertemu dengan 14 peserta IIS. 

Selain membahas isu-isu yang serius, para peserta juga akan diberikan kesempatan untuk menikmati keindahan alam Indonesia dengan kunjungan ke Candi Prambanan dan Borobudur. Program IIS telah dimulai di Jakarta pada 12 Agustus 2019 kemarin dengan kunjungan ke Kementerian Agama, Kementerian Luar Negeri, Masjid Istiqlal dan Gereja Cathedral, dan akan berakhir pada tanggal 19 Agustus 2019 di Bali.
 

Artikel Terkait