Manyo (= Magnola) dan Damas adalah dua penggulat ilmu komunikasi di Unika Atma Jaya Jakarta. Dalam perjalanan menuju kantin, keduanya saling menyapa
***
Manyo, Manyo
Iye Damas
Kamu boleh jawab, boleh juga gak; pertanyaanku rada2 (=agak) aneh sih
Nanya aja, pasti aneh koq; kamu kan aneh orangnya
Hehehe, tapi kamu suka kan
Eeeeee...eeeeee
Ya sudah, ini aku mau nanya; nanti kamu mau jadi apa
Hahahaahahahaa; Damas, Damas, tumben kamu lucu
Lho, lucunya di mana; katanya setiap manusia berhak melucu
Lucu aja sih; itu, kamu filsafat lagi; iyah tentu saja, tiap manusia bisa melucu-lucu karena kita memiliki perasaan; maka kambing gak bisa melucu-lucu
Hahahaahhahaha, ini baru benar-benar lucu; karena kambing gak punya emosi; tapi aku serius lho, Manyo; nanti kamu mau jadi apa
Maksudmu selesai dari Atma Jaya?
Iyah, pokoknya nanti, entah dari Atma atau dari tempat lain
Ah loe gimana sih; yang jelas dong pertanyaannya; jangan bikin aku tambah bego
Gini lho, Manyo; setiap kita itu pasti punya rencana dong buat masa depan
Oh ok, I know
Jadi, apakah selalu berhubungan dengan studimu sekarang, ilmu komunikasi; jadi praktisi PR kah, atau peneliti komunikasi kah atau atau yang lainnya kah
Tahu, tahu; aku mau jadi perawat
Waras loe
Hahahaahaha, waras-lah; kalau aku gila, ya, aku gak belajar di sini dong; masa’ Atma Jaya terima mahasiswa gila
Bertambah Lebih
Okey, okey, loe tadi serius gak bilang mau jadi perawat
Iyah
Kenapa gak pindah aja ke STIKES (Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan) sana; lagian gak masuk akal; sekolahnya di mana, pengen-nya jadi apa, gak jelas
Eh Damas, jangan meremehkan begitu yah; aku gak suka
Maaf, maaf, Manyo
Aku nanya kamu, Damas; siapa yang menjamin seratus persen bahwa kamu akan menjadi orang sesuai dengan bidang studimu; atau hidup menurut jurusan ilmu yang kamu ambil selama kuliah; siapa yang menjamin?
Engga ada sih
Nah, maka-nya jangan remehin aku yang mau jadi perawat
Ya, aneh aja, Manyo; kamu koq jadi perawat sementara kamu belajar ilmu komunikasi
Emang ada yang salah
Engga
Terus?
Ya aneh aja; tapi lebih wise kalau aku nanya kamu, begini: perawat dalam arti apa; dalam arti kesehatan, medis atau perawat dalam arti lebih luas dari medis; please explore a bit, Manyo
Nah, gitu dong nanya-nya; baru kelihatan cerdasmu
Jangan muji ah, malas; jawab dulu
Aku jelas-in dulu konteks makronya
Kontes apa lagi, Manyo
Duh duh duhhhh...bego! konteks lain dari kontes; maka nya belajar bahasa Inggris; sdh milenial begini, masih bego English
Aduh, belum apa-apa sdh dibilang bego; iya deh, aku terima; bagaimana konteksnya
Singkatnya begini: setiap manusia ini kan memiliki naluri dasar pengen jadi apa
Naluri untuk apa
Ya umumnya naluri dasar manusia adalah expansion, bertambah gede, bertambah lebih, menjadi lebih; ada ahli yang menyebutkan having more. punya benda ini dan itu, itulah expansion; ketika melakukan sesuatu lalu bosan, itu karena adanya naluri expansion, ada rasa gak puas
Lha, masalahnya apa; itu baik2 saja kan
Benar tapi ada problem di sana; yaitu ada rasa tidak excited (=bersemangat) karena kita lupa pada kehormatan, yaitu bahwa segala sesuatu terjadi karena diizinkan; diizinkan oleh yang Maha Kuasa; kalau segala-galanya diukur oleh diri sendiri untuk pencapaian ini dan itu, yah, pasti akan tiba pada titik tidak excited
Ah, loe ma, bawa-bawa Tuhan; kalau semuanya dikaitkan dengan Tuhan, ya, gak usah diskusi kita, semua urusan selesai solusinya
Eh, lancang kamu Damas; sekarang aku nanya: apakah ada kegiatanmu yang bukan seizin Allah? adakah bagian hidupmu yang bukan penyelenggaraan Allah?
Aduh, jangan suara tinggi gitu dong Manyol; biasa aja kaleeee; kamu marah ya?
Jelas marah, koq kamu bedakan tegas urusanmu adalah urusanmu dan urusan Tuhan ya urusan Tuhan; what are you then, my friend? Jangan bego begitu dong, malu; sdh pada tingkat terakhir hampir S1 begini, gimana sih kamu
Sudah, sudah, Manyo, maaf; yang aku masih bingung, apa hubungannya tidak excited itu dengan izin Allah
Aku hanya bisa menjawabnya dengan contoh kecil saja; pertama-tama, harus diakui bahwa tiada suatu apapun dalam hidupmu yang bukan izin Allah; itu diterima dulu; berarti pemegang saham hidupmu bukan dirimu, tapi Allah; maka segala sesuatu yang engkau kerjakan, sekecil apa pun, berarti bukan darimu semata-mata, pasti krn penyelenggaraan Allah
Masih absrak penjelasanmu; mana contohnya
Okey, aku nanya kamu Dimas; apakah kamu tahu jam berapa, berapa lama dan di mana kamu akan kentut; aku nanya kamu, serius
Hahahahahaha, dari Tuhan koq ke urusan kentut
Ya jawab dulu, jangan ketawa; katanya minta contoh konkrit
Aku gak tahu kapan aku kentut
Okey, loe gak tahu ya; berikutnya, apakah kamu tahu warna kentutmu dan berapa lama kentutmu
Gak tahu juga
Lha, berarti si pemegang saham hidupmu itulah yang mengaturnya, tanpa seizin-NYA, gak mungkin terjadi segala sesuatu
Paham, paham; kamu neh ambil contoh kentut, contoh lain kek...
Habis, omong yang tinggi2, kamu bilang abstrak
Atau yang lain, pikiran kita; kamu berpikir karena kamu masih diizinkan berpikir; kamu memilih karena diizinkan memilih; ketika semua itu hilang, pusingmu hilang tetapi kehormatanmu juga hilang; sesuatu yang baru itu urusan momentum; momentum diizinkan-Nya sesuatu yang baru untuk terjadi; does it make sense, my friend?
It does! Hanya di mana masalahnya jika dikaitkan dengan excited dan tidak excited yang kamu sebutkan tadi
Orang itu excited jika ia menyadari bahwa apa yang ia capai adalah penyelenggaraan Allah dan pasti berguna untuk hidupnya; tapi sebaliknya, tidak excited jika ia mendasarkan semua capaian itu pada upaya dirinya sendiri, dan karena itu, pasti akan selalu gak pernah puas; dan akhirnya gak happy
Ah, kamu jangan menggabungkan puas dan happy, Manyo; itu dua hal berbeda..
Okey, maaf, dua hal berbeda tapi saling menyebabkan; ada hubungan kausal; karena puas maka ia happy
Wouww, jawaban cerdas, thanks so much, my friend; lalu kembali ke jawabanmu tadi bahwa kamu ingin jadi perawat; mana kaitannya penjelasanmu ini dengan jawabanmu jadi perawat
Oh ya hampir lupa; jadi perawat naluri dasarku; bahwa ingin jadi gede, jadi berlebih tapi dengan kesadaran bahwa itu semua karena izin Allah; dengan demikian aku excited yang sejati dan akhirnya happy; aku adalah perawat naluriku
Sooooo sweet! tapi gede di sini bukan dalam arti having more kan?
Bukan, bukan, tapi being more, menjadi berkualitas lebih sebagai manusia yang tahu diri
Ohhhh, selamat jadi perawat deh; kalau begitu, aku juga mau jadi perawat
Alaaaaaaa, loe kepo
Boleh dong kepo yang baik
Good-lah
Tujuan atau Sarana?
Tapi Manyo, kamu meninggalkan hal serius untuk aku
Apa?
Kenapa tujuan hidupmu dipersempit kepada excited dan tidak excited? Kenapa gak disebutkan saja bahwa tujuan hidupmu, yah, hidup kita semua, ialah mendapatkan kebahagian
Lho, tujuannya kebahagiaan; caranya ialah merawat expansion
Gak sepakat, Manyo; di sini, aku berbeda pendapat dengan kamu; kebahagiaan adalah sarana
Hah, why?
Sebatas pengetahuanku, panduan manusia di bumi salah satunya memang adalah bahagia; sesuatu yang membahagiakan membuat seseorang akan mengulangi sesuatu itu; jika kebahagiaan berasal dari luar, teruskan mengikuti kebahagiaan itu sampai ketemu apa itu bahagia; tetapi kalau mau bicara kebahagiaan sejati, dia berasal dari dalam
Terus, kejarnya ke mana? ke dalam? hahahaahahaaa, ayo2 waeee kamu Damas
Bukan begitu juga, Manyo; alasanku ialah kebahagiaan bukan tujuan; bukan kita melihat adanya sesuatu kita terus bahagia, tetapi bahagia membuat kita melihat sesuatu itu
Ohhhhh, I see; kebahagiaan dalam diri-lah yang membuat orang melihat dan menemukan kebahagiaan; dengan lain kata, kebahagiaanlah yang membuat seseorang lebih sejati mengalami peristiwa2 excited-nya
Yes, you get my point; dan itu semua tidak bisa dicapai dengan teknologi canggih se-smart apa pun; tanpa kebahagiaan, hape smart-mu akan membawa sengara daripada nikmatnya; iya kan?
Ah, ngawur kamu, Damas
Ngawur gimana; ini aku tunjukkin kamu; peradaban teknologi dan kebudayaan dibangun dengan pilar angka, padahal toh lenyap di infinitas Maha Kuasa; Tuhan memang menganugerahkan kemerdekaan seolah tanpa batas kepada manusia untuk mengembangkan ini dan itu, padahal kemerdekaan adalah alat untuk menentukan batas, tapi kemudian batas-batas dibatalkan oleh ketidak-terbatasan atau ketiadaan batas; hahahaahaha, tambah bingung kan, kamu
Ohhh, definisi baru kebebasan; bebas bukan berarti bebas sebebas-bebasnya tapi bebas adalah tahu akan batas-batas; waduhhhhh, thanks so much untuk pencerahan ini, Dimas
Sama-sama, Manyo
Tapi Dimas, masa’ sih teknologi canggih itu sama sekali gak bawa kebahagiaan? bukankah itu semua produk akal budi manusia sehingga mengakibatkan kemajuan dan peradaban moderen seperti sekarang; masa’ kamu gak bahagia?
Bukan, Manyo; nuranimu-lah yang membuatmu bahagia
Lho, alat2 canggih itu kan produk akal budiku; masa’ mencelakakan produsen-nya; logika-mu di mana
Jadi, kamu menaruh nuranimu di peradaban buatanmu? dungu kamu!
Waduhhh
Hanya orang dungu yang membayangkan akan bisa menjumpai kata nurani terdaftar di lembaran-lembaran buku ekonomi, perusahaan, supermarket, alfamart, indomart dan konglomerasi dan korporasi2 lainnya; hanya pemimpin yang over-optimistik yang memimpikan bahwa nurani merupakan asas utama sebuah kekuasaan; hanya orang tolol yang mengharapkan nurani terdapat di pasar bebas yang global sekarang
Gak, gak, Dimas; nuraniku ada dalam diriku
Hahahaaahahahha
Ya sudah, aku pamit dulu ya; mumpung belum dikatain dungu lagi ntar
Miss u, my friend; jangan ngambek gitu ah; dungu itu bisa untuk aku juga, not only for u; anyway, thanks untuk pencerahan ini; sungguh tak ternilai
Me too, Damas; miss u,daaaggggg, ingat social distancing, gak boleh ciuman
Hahahahaahahahah, ya sudah, mau gimana lagi
***
(gnb:tmn aries:jkt:rabu:1.7.20)
*) Gerard N Bibang adalah dosen sekaligus penyair kelahiran Manggarai, Flores NTT. Ia adalah penyair yang menahbiskan dirinya sebagai petani humaniora. Gerard saat ini berdomisili di Jakarta