Opini

"Sampan-sampan dan Gadis Pesolek," Kumpulan Sajak Gerard N Bibang

Oleh : Rikard Djegadut - Minggu, 01/11/2020 18:01 WIB

Gerard N Bibang adalah dosen sekaligus penyair kelahiran Manggarai, Flores NTT. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Minggu ini, redaksi kembali dengan gembira menghadirkan beberapa `potong` sajak karya petani humaniora, Gerard N Bibang ke ruang penikmat sastra.

Gerard, dalam sajak-sajaknya, kembali mengingatkan kita akan kuasa cinta sejati yang melampui raga dan dunia. Cinta ini senantiasa bersemayam dalam kalbu. Bahwa ia akan selalu di sana dan tidak pernah pergi.

Pembaca juga akan menemukan asal-muasal kenangan yakni dalam geneologi kasih sayang. Maka, iman kepada sang junjungan akan terawat secara awet manakala silsilah cinta kasih diingat.

Semoga menikmati dan semoga terinspirasi.

SAMPAN-SAMPAN

Di perut jalan kecil ibukota kupahat legenda dua anak manusia yang sempat linglung tapi tidak lama karena segera sesudahnya saling bertaut jiwa menyatu raga; di mana mereka membakar amarah meredam emosi lalu menaruh di sampan-sampan yang gelisah, melipatnya dalam selimut halimun untuk kemudian melarung semuanya ke dasar samudera; yang tinggal tersisa ialah cinta sejati yang melampaui raga dan dunia ini

API

kenangan wajah kekasih
membuat dia abadi
abu memang selalu pasrah dalam kehendak api
tapi cinta yang sudah dimulai tidak pernah pergi

TAHUN PECAH

dari tahun-tahun yang pecah
hendak kususun silsilah baru
ialah genealogi kasih sayang
maka kenangan akan dirinya tidak terhanyut
rindu awet terawat
tidak meledak-ledak ketika sedang tertahankan

BULAN TERPEJAM

saat bulan terpejam
nafas tersengal dan terguncang-guncang
bersama kata dan nada yang tertinggal dalam sanubariku
wajahmu nampak dalam amsal kalbu
kenangan kita, kekal, wahai kekasihku
tak satu pun sabun yang mampu mencucinya
sebutlah mereknya yang paling bermutu
hingga kita bersama lagi, di suatu waktu

GADIS PESOLEK

kadang rindu yang tak tertahankan itu layaknya karang-karang yang tak pernah merasa tua menantang gelora samudera, menahan ombak dalam geram perkasa; seperti gadis pesolek berpayung di deru angin pantai; menahan gertak taufan yang mula-mula kencang sederas-derasnya tapi perlahan gemulai.

***(gnb:tmn aries:jkt: sabtu:31.10.20)

*) Gerard N Bibang adalah dosen sekaligus penyair kelahiran Manggarai, Flores NTT. Ia adalah penyair yang menahbiskan dirinya sebagai petani humaniora. Gerard saat ini berdomisili di Jakarta

Artikel Terkait