Bisnis

Garuda Kalah Arbitrase, Ekonom Senior: Selamatkan Garuda dengan Cara `Out the Box`

Oleh : very - Senin, 13/09/2021 09:41 WIB

Garuda Indonesia. (Foto: Twitter)

Jakarta, INDONEWS.ID -- Maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. diputus kalah dalam kasus gugatan pembayaran uang sewa pesawat di Pengadilan Arbitrase Internasional London (LCIA).

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Prasetio mengatakan bahwa pihaknya telah menerima informasi itu pada Senin lalu, 6 September 2021. LCIA telah menjatuhkan putusan arbitrase dalam kasus gugatan dari Lessor Helice dan Atterrissage (Goshawk) terhadap Perseroan terkait pembayaran uang sewa pesawat.

"LCIA menjatuhkan Putusan Arbitrase yang pada intinya Perseoran diwajibkan untuk melakukan pembayaran rent atas sewa pesawat dan kewajiban-kewajiban berdasarkan perjanjian sewa pesawat, pembayaran bunga keterlambatan, serta pembayaran biaya perkara Penggugat," ujar Prasetio seperti dikutip dari keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Kamis, 9 September 2021.

Mengomentari kalahnya Garuda Indonesia dalam arbitrase internasional, ekonom senior Dr Rizal Ramli mengatakan bahwa arbitrase internarnasional bukanlah cara untuk memenangkan kasus bisnis international.

“Pada pertemuan pemenang Nobel Prof. Joseph Stiglitz dengan Rizal Ramli di Jakarta 2007, Stiglitz jelaskan 99% kasus arbitase negara berkembang selalu dikalahkan. Dia sarankan agar arbitrase int’ll jangan dimasukkan ke pasal UU Investasi RI,” ujarnya di Jakarta, Senin (13/9).

“Itulah mengapa ketika Garuda dituntut bangkrut lantaran gagal membayar utang $1,8 milyar tahun 2000/2001 lalu, pesawat Garuda diancam disita oleh para kreditor-kredirot Eropa, RR (Rizal Ramli, red.) selamatkan Garuda bukan dengan arbitrase, tapi menggunakan cara-cara out the box,” ujar mantan Menko Perekonomian di era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini.

Sebelumnya, melalui akun Instagramnya @petergontha, Sabtu, 12 September 2021 Peter F Gontha menanggapi keputusan Pengadilan Arbitrase Internasional London (LCIA) terkait pembayaran uang sewa pesawat yang dilakukan oleh PT Garuda Indonesia (Perser) Tbk.

"Saya sedih Garuda kalah di Pengadilan arbitrage london…. Tidak percaya ….. ini akibatnya," ujar Peter dalam postingannya.

Selanjutnya, mantan komisaris perusahaan pelat merah ini menulis bahwa salah satu penyebab rusaknya tatanan Garuda Indonesia adalah adanya kelompok-kelompok yang bukan Kementerian BUMN, di dalam perseroan yang terlalu berkuasa.

Peter menyebut bahwa kelompok-kelompok itu yang pada akhirnya menggerogoti perseroan. "Dan terus menerus menyandera perusahaan untuk kepentingannya sendiri," ujarnya. 

Ia mengatakan bahwa dengan rencana pengurangan pesawat, maka kelompok-kelompok tersebut akan menjadi korbannya sendiri. "Itulah kalau beberapa orang mempengaruhi koleganya," katanya.

Karena itu, ia berharap Garuda tetap terbang meski dalam jumlah armada yang jauh lebih sedikit. "Kita lihat perkembangannya yang mana yang akan jalan terus dan mana yang angkat bendera putih. Semoga yang masih punya hati tidak ikut-ikutan," tulis Peter.

Seperti dikutip Tempo.co, Direktur Utama Garuda Irfan Setiaputra menyatakan pihaknya tengah menjajaki sejumlah kemungkinan untuk menyelesaikan kewajiban ke lessor pesawat Helice Leasing S.A.S dan Atterrissage S.A.S (Goshawk).

Ia menyebutkan bahwa pihaknya telah mengupayakan beberapa opsi penyelesaian kewajiban melalui diskusi di luar proses hukum.

Garuda sebelumnya menyatakan akan sepenuhnya menghormati dan menyikapi secara bijak hal-hal yang telah ditetapkan LCIA dalam kewenangannya sebagai lembaga penyelesaian sengketa arbitrase internasional. Irfan  menjelaskan lebih lanjut soal diskusi di luar jalur pengadilan tersebut.

Atas putusan arbitrase tersebut, kata Irfan, saat ini Garuda Indonesia juga terus menjalin komunikasi intensif dengan Goshawk. "Guna menjajaki kesepakatan terbaik dalam upaya penyelesaian kewajiban usaha perseroan di luar proses hukum yang telah berlangsung," ujarnya Jumat (10/9).

Salah satu upaya yang akan dilakukan adalah menjajaki skema restrukturisasi maupun strategi alternatif penunjang lainnya.

Irfan berharap dengan komunikasi yang hingga saat ini terjalin baik, penjajakan bisa menghasilkan kesepakatan terbaik bagi semua pihak. ***

 

TAGS :

Artikel Terkait