Bisnis

Penetrasi Internet Jadi Kendala Utama UMKM Go Digital

Oleh : very - Jum'at, 18/02/2022 11:39 WIB

Direktur Utama LPPI, Mirza Adityaswara dalam diskusi bertajuk “Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Indonesia” yang diselenggarakan di Satrio Centre, Kamis (17/2). (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID --- Kasus harian COVID-19 di Jakarta sudah menunjukkan tanda penurunan. Saat ini kasus COVID-19 varian Omicron sudah hampir menyamai puncak kasus varian delta yang terjadi pada pertengahan 2021. Kasus COVID-19 harian di Jakarta meningkat namun sudah menunjukan grafik yang datar dan cenderung menurun.

Pengendalian virus Corona ini juga diikuti dengan perkembangan kenaikan GDP Indonesia pada Q4 2021 sebesar 5.02% (yoy) menunjukkan pemulihan ekonomi yang baik. “Hal ini terlihat dari seluruh provinsi pertumbuhan PDB kw IV/2021 sudah positif. PDB di seluruh provinsi di Indonesia mengalami peningkatan dari Q4 2020 ke Q4 2021,” ujar Direktur Utama LPPI, Mirza Adityaswara dalam diskusi bertajuk “Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Indonesia” yang diselenggarakan di Satrio Centre, Kamis (17/2).

Hal ini juga, kata Mirza, ditunjukkan dari perkembangan penjualan mobil yang sudah mencapai angka penjualan sebelum pandemi, yang didorong oleh insentif pajak dari pemerintah.

Seperti diketahui, pemerintah resmi memperpanjang insentif Pajak Pertambangan Nilai Barang Mewah (PPnBM) untuk produk otomotif pada FY22, namun dengan skema berbeda.

Perkembangan pinjaman untuk sektor properti juga mulai meningkat. “Seiring dengan memulihnya perekonomian Indonesia, pinjaman sektor properti juga mengalami peningkatan,” ujarnya.

Demikian juga permintaan Logistics Warehousing meningkat. Permintaan tertinggi untuk Third-party Logistics karena sektor e-commerce yang berkembang.

Mirza menuturkan bahwa permintaan terhadap logistik modern gudang tetap signifikan dan tumbuh. Hal itu didominasi oleh logistik pihak ketiga dan perusahaan e-commerce yang terus berkembang dan sewa ruang Gudang.

Retail juga menunjukkan pertumbuhan positif dimulai Q2 2021 didorong oleh produk kesehatan dan makanan.

 

Arah Transformasi Ekonomi Digital

Mirza mengatakan bahwa saat ini telah terjadi perubahan consumer behaviour yang menunjukkan semakin pentingnya Gen Z & Millenial. 

Data menunjukkan bahwa per 2020, Generasi Z mendominasi populasi Indonesia. Per 2021, Gen Z menjadi generasi yang paling banyak menghabiskan waktu dengan smartphone dan Gen Z menjadi generasi yang paling melek teknologi. Dan Gen Z juga menjadi generasi teraktif yang menghabiskan waktu di sosmed.

Hal ini memunculkan peluang besar dalam ekosistem digital ASEAN, terutama di Fintech. Total Addressable Market (TAM) pada tahun 2020 misalnya menunjukkan mencapai USD 372 miliar. Dan diproyeksi mencapai USD 952 pada tahun 2025.

Lanskap dan potensi ekonomi digital Indonesia, kata Mirza, semakin menunjukkan perkembangan yang bagus. Transaksi E-commerce misalnya, saat ini mencapai Rp 530 trilliun, dan selanjutnya diikuti oleh asuransi Digital 2021 yang mencapai 600 juta polis. Kemudian terdapat 430 juta perjanjian pinjaman online hinngga Nov-2021, dan nilai transaksi digital banking mencapai 48,6 ribu triliun.

Pelaku UMKM juga semakin melek digital. E-wallet menjadi metode pembayaran E-commerce yang paling populer dan merupakan metode pembayaran yang digunakan di e-commerce Indonesia.

Hanya saja, kata Mirza, penetrasi internet masih menjadi kendala utama UMKM Go Digital.

Berdasarkan data dari Mandiri Institute misalnya, kendala jaringan lema mendominasi penjualan online tertinggi yaitu mencapai 55,10 persen. Kemudian diikuti oleh kendala mencairkan uang yang mencapai 19.79 persen, biaya terkait kurangnya modal sebesar 5.58 persen dan akses pemasaran yang mencapai 5.03 persen.

Saat ini, katanya, kehadiran teknologi digital mendorong pola transaksi keuangan di sektor perbankan. Hal ini ditunjukkan dari adanya penurunan jumlah cabang fisik bank.

Per Juni 2021 misalnya, jumlah kantor bank di Indonesia adalah 32.966, menurun sebesar 14,3% dari yang sebelumnya 38.468 di tahun 2017.

Salah satu tantangan yang dialami Indonesia, menurut Mirza, yaitu dalam melakukan transformasi energi menuju Green Energy. “Tantangan Indonesia untuk mencapai green economy adalah pada sisi pendanaan. Komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi karbon sebanyak 26% - 41% sampai tahun 2030 dan mencapai zero carbon emission di 2060,” pungkasnya. ***

Artikel Terkait