Nasional

Gado-gado Indonews 005: Kisah Kekah Coki dan Kepsek Ahdiani dari Kepulauan Natuna

Oleh : Rikard Djegadut - Selasa, 05/09/2023 09:29 WIB

Jakarta, INDONEWS.ID - Kekah atau monyet surilii (Presbytis natunae) monyet endemik pulau Bunguran Natuna, populasinya kian terancam. Wajahnya yang lucu dan menggemaskan jadi koleksi orang-orang kaya di dunia, terutama di China.

Monyet lucu ini terus diburu, cara berburu dan penangkapan nya juga sangat bar-bar. Ibu sang monyet ditembak sampai mati atau di kejar kejar sampai stres agar bayi yang di gendongnya lepas dari tangan sang bunda.

Ciri khas kekah adalah perpaduan bulunya yang berwarna hitam dan putih. Di wajahnya yang terlihat seperti menggunakan kacamata. Itu terlihat untuk monyet dewasa, ketika masih bayi tubuhnya seluruhnya berwarna putih.

Kisah monyet endemik Natuna yang paling menyentuh adalah Coki. Bayi Coki diketemukan ibu Napiah (51) di pasar hewan. Coki kecil ditebus dengan bayaran Rp700.000 rupiah.

Pasangan Napiah dan pak Rusdi (56) sudah menganggap monyet Coki seperti anaknya sendiri. Apalagi 7 anak mereka merantau sehingga dirumah tinggal mereka berdua.

Selain Coki dan kedua orang tua angkatnya, pak Ahdiani seorang kepala sekolah Dasar di kepulauan natuna patut diapresiasi karena kecintaannya terhadap nasib dan kelestarian hidup Kekah hewan endemik yang menjadi ikon natuna tapi tak dihiraukan pemda setempat.

Pak kepala sekolah malu terhadap orang-orang bule yang bikin penelitian dan pendataan kehidupan Kekah di kepulauan demi keberlanjutan masa depan anak cucu.

Penelitian Martjan Lammertink tahun 2003 populasi monyet Kekah di seluruh kepulauan Natuna kurang dari 10.000 ekor. Kini setelah 20 tahun pasti jauh berkurang, apalagi IUCN internasional Union for the conservation of nature memberi alarm Kekah dalam posisi terancam.

Makanan kesukaan sang monyet adalah pucuk pucuk muda tanaman karet. Harga karet kian terpuruk sehingga banyak pemilik kebun menggantikannya dengan pohon sawit.

Pucuk daun muda karet makanan paporit Kekah yang jauh berkurang pasti berdampak pada keturunan mereka. Ahdiani melihat ancam tersebut, dia buatlah komunitas Pantau Kekah yang kini beranggotakan 10 anak muda.

Mereka bisa memandu para turis untuk melihat lihat kehidupan keluarga monyet surilii dari dekat. Pengetahuan yang luas soal primata endemik natuna akan memuaskan rasa penasaran para turis sehingga wisata alam mereka tambah bergairah lagi, sehingga pohon pohon karet tidak perlu di tenang.

Mirip seperti kisah Coki yang berkali-kali dikembalikan ke hutan untuk hidup bebas di alam, tetapi Coki kembali lagi pulang ke rumah Napiah yang sudah Coki menganggap ibunya. Sampai ada orang kaya menawar 5 juta rupiah, tapi Napiah menolak.

Coki adalah anakku yang kedelapan, mana ada orang tua yang rela menjual anaknya sendiri. Ini adalah tamparan kecil untuk para pemimpin kepulauan Natuna, Tuhan sudah bermurah hati menitipkan hewan primata endemik yang bernama Kekah, sudah saatnya kalian menjaganya dengan baik agar tidak diburu dengan cara barbar dan di jual ke China.*

Artikel Terkait