Nasional

Bermental Pragmatis-Oportunis, Rizal Ramli: Untung Saya Tidak Masuk Partai Politik

Oleh : very - Selasa, 05/09/2023 10:38 WIB

Ekonom Senior, Dr. Rizal Ramli. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID – Tokoh Pergerakan DR. Rizal Ramli mengatakan bahwa dirinya dari dulu hingga saat ini tidak tertarik masuk dunia politik.

Bahkan, dirinya saat ini, bersyukur karena keputusaannya itu dinilai tepat.

“Karena kalau saya masuk partai politik maka saya harus ikut kultur partai politik. Kedua, saya disuruh mencari duit dengan menggerogoti keuangan ABPN, APBD, dan BUMN. Uang tersebut sebagian besarnya disetor ke partai politik dan sebagiannya ditilap. Untung saya tidak masuk partai politik. Kalau tidak maka kredibilitas saya tidak seperti saat ini,” ujar mantan Menko Perekonomian di era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu dalam sebuah acara podcast yang dipantau di Jakarta, Selasa (5/9).

Padahal, kata Mantan Menko Kemaritiman itu, ada banyak tawaran baginya untuk memegang sejumlah jabatan penting di partai politik.

Dia mencontohkan di era reformasi, dirinya bersama Arief Ariman, merupakan tim yang mengedit AD/ART Partai Amanat Nasional. Kemudian, ekonom senior itu ditawari untuk memegang jabatan Ketua DPP PAN. Namun, dirinya menyatakan tidak bersedia memegang jabatan tersebut.

“Akhirnya saya meminta Arief Ariman menjadi Ketua PAN dan kemudian juga bersama Faisal Basri di PAN,” ujarnya.

Tawaran kemudian datang juga dari Taufik Kiemas untuk bergabung dalam Partai PDI Perjuangan. Namun, sama juga, tawaran tersebut ditolak oleh mantan Kepala Bulog tersebut.

Karena itu, kata Rizal Ramli, dirinya mempunya hubungan dekat dengan keluarga Taufik, termasuk Ketua Umum PDI Perjuangan dan puterinya, Puan Maharani.

Bahkan, pada suatu ketika, Taufik meminta Bang RR – sapaan Rizal Ramli - untuk membimbing Puan Maharani. Dia juga mengatakan kepada Puan untuk meminta bantuan Bang RR bila menemukan kesulitan.

Demikian juga di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ketua Umum PKB, Gus Dur meminta dirinya untuk memegang salah satu Ketua DPP di PKB.

“Kamu pilih saja salah satu ketua yang kamu mau. Asalkan kamu tidak boleh menggantikan posisi saya (sebagia Ketua Umum PKB, red),” ujar Gus Romli – sapaan yang disematkan oleh keluarga Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.

Namun, Rizal Ramli mengatakan bahwa dia menolak semua tawaran tersebut. Dia mengatakan bahwa dirinya hanya mau menjadi seorang profesional saja.  

“Waktu itu saya menjadi ekonom yang top banget. Karena itu, saya tidak mau semua jabatan di parpol. Saya mau menjadi profesional saja. Income saya sangat besar, lebih besar dari menteri. Saya juga bisa keluar terus ke luar negeri menjadi pembicara,” ujarnya.

Namun, Rizal Ramli mengaku bahwa pilihan tersebut memiliki konsekuensi terhadap kualitas demokrasi di partai politik. Apa yang terjadi seadainya orang berkualitas ogah masuk partai politik?

Mantan Penasihat Fraksi ABRI di DPR/MPR tersebut mengatakan memang akhirnya yang masuk parpol adalah mereka yang bermental pragmatis-oportunis. Dan jika itu terjadi maka hanya akan merusak dan menggerogoti partai politik.  

“Yang masuk parpol itu akhirnya mereka yang memiliki ambisi pribadi, namun tidak mempunyai kemampuan. Maka, partai politik hanya merupakan kumpulan orang pragmatis dan oportunis,” ujar Rizal Ramli.

Selain ambisi pribadi, mereka yang memasuki dunia politik juga dinilai telah kehilangan etika. Karena itu, muncul kasus pengkianatan demi pengkianatan. ***

Artikel Terkait