Opini

BLUNDER ZELENSKY

Oleh : luska - Jum'at, 07/03/2025 15:10 WIB


Penulis: Reinhard R. Tawas

"Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna". Peribahasa ini pas untuk menggambarkan situasi Presiden Uraina Volodymyr Zelensky setelah pertemuannya dengan Presiden Trump dan Wapres JD Vance di White House Jumat 28 Februari lalu. Pertemuan yang mustinya untuk menandatangani perjanjian yang memberikan konsesi AS pada bahan-bahan tambang mineral di Uraina ini berubah menjadi ajang argumentasi panas antara Trump, Vance dengan Zelensky yang menarik perhatian dan membelah opini  dunia. Ada yang bilang itu kecelakaan diplomatik terburuk. The Daily Telegraph  UK menulis "...beyond a worst-case scenario."

Sebagai pihak yang membutuhkan bantuan, sebaiknya atau malahan semestinya Zelensky menempatkan dirinya di posisinya yang sesuai dengan kenyataan: Ukraina telah menerima bantuan dari AS ratusan milyar dolar dan tetap membutuhkan bantuan tersebut. "Just swallow your pride." Tapi Zelensky dalam kasus ini belum siap sebagai perunding yang pintar. Pertanyaan Brian Glenn, wartawan Real America's Voice - media pendukung fanatik Trump, tentang kenapa dia tidak memakai setelan sudah membuatnya panas. Cara berpakaian Zelensky memang yang pertama mendulang komentar dari Trump. "You're all dressed up today." Di IGnya Helmy Yahya mengritik cara berpakaian Zelensky dan, terutama, sikap Zelensky dengan kedua tangan bersedekap. Itu tanda defensif dan tidak sopan. 

Tentang pakaian Zelensky yang dibanggakan sama dengan yang dipakai tentaranya, ternyata dibuat khusus untuk Zelensky oleh desainer Elvira Gasanova menurut Women's Wear Daily yang dikutip msn.com. Zelensky membenarkan (justify) dirinya  dengan mengatakan ia akan berpakaian seperti itu hingga perang selesai. Boleh jadi Zelensky terinspirasi Stalin - pemimpin Rusia dan Uni Sovyet pada PD II. Stalin tidak melepas seragam lengkap dengan sepatu lars militernya hingga kemenangan atas Jerman tercapai. Cara berpakaian Stalin terlihat kontras dengan Winston Churchill dan FD Roosevelt ketika triumvirat PD II ini bertemu di Konferensi Yalta Februari 1945. Yalta adalah kota resor indah dikelilingi  Laut Hitam di Selatan Semenanjung Crimea. Sekarang tinggal kenangan bagi Ukraina setelah dianeksasi Rusia tahun 2014.

Seandainya Zelensky bisa mengatasi pikirannya yang terkungkung kekecewaan atas inisiatif Trump menghubungi Rusia untuk perundingan perdamaian Ukraina - Rusia dan menekuk egonya, hasilnya akan lain. Kita bisa menengok ke belakang pada situasi dimana seorang yang membutuhkan menelan harga dirinya untuk "menang". Setelah keluar dari penjara yang mengungkungnya selama 27 tahun, Nelson Mandela memilih jalan lembut rekonsiliasi daripada jalan keras. Pilihan yang kedua bisa membawa Afrika Selatan ke jurang perang saudara. Atau kita ambil saja contoh dari dunia korporasi. Tahun 1977 Apple berada di tepi curam kebangkrutan. Steve Jobs dan Bill Gates adalah pesaing. Bayangkan bagaimana Steve Jobs menekuk egonya ketika mengambil investment US$ 150 juta dari Microsoft, dengan syarat-syarat yang dipaksakankan Bill Gates. Waktu itu Steve Jobs membungkus egonya dengan berkata: "Bill, Thank you. The world is a better place." Sekarang Apple sudah melampaui Microsoft. Per hari ini nilai pasar Apple Inc US$ 3.55 triliun, Microsoft US$ 3.09 triliun.

Zelensky tersentak dari ketidak-sadaran akan pentingnya Trump dan AS setelah Trump menunda bantuan AS untuk Ukraina. Perlu diketahui bahwa AS adalah negara dengan bantuan terbesar bagi Ukraina dalam perang Ukraina- Rusia. AS sudah mengeluarkan US$ 180 milyar menurut Associated Press, lebih tinggi sedikit dari catatan resmi Kongres AS sebesar US$ 175 milyar. Menurut Zelensky Ukraina hanya menerima US$ 77 milyar. Trump menyebut US$ 300 milyar! Tidak apa-apa kita maklum. Sementara bantuan EU menurut Kiel Institute Jerman US$ 51,3 milyar. Ini tidak termasuk bantuan langsung negara-negara Eropa secara sendiri-sendiri, contohnya Jerman US$ 18,1 milyar, Inggris US$ 15,5 milyar sampai Desember 2024. Jika Trump benar-benar menghentikan bantuan persenjataan AS, Ukraina hanya atau masih punya persedian untuk perang sampai musim panas ini, menurut Wall Street Journal.

Bagi yang optimis masih ada satu sisi positif dari sikap Trump terhadap Zelensky. Di ujung postingnya di Truth Social ada kalimat."He (Zelensky) can come back when he is ready for Peace." Setelah trump menahan bantuan untuk Ukraina, Zelensky menulis di X (Rabu 5 Maret) sesuatu yang rasanya bisa menempatkan Trump di posisi lebih dekat ke Ukraina, seperti yang disampaikan Zelensky dalam wawancara dengan Bret Baier di Fox News. Zelensky menulis "...Saya dan tim saya siap bekerja di bawah pimpinan President Trump yang kuat..." Selain itu Zelensky pun menyatakan bahwa Ukraina tidak melupakan kebaikan Trump mengirim Javelin, senjata anti tank, di masa kepresidenan Trump yang pertama. Di awal invasi Rusia, Javelin membantu pasukan Ukraina menahan laju tank-tank Rusia. Coba semua ini disampaikan Zelensky di Gedung Putih. Ia akan tercatat sebagai perunding unggul.

Semoga inisiatif Preident Trump menemukan jalan damai Rusia-Ukraina mempertemukan Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky. Boleh bertakhyul bahwa kesamaan nama depan mereka mungkin pertanda baik. Volodymyr adalah versi Ukraina dari Vladimir versi Rusia. Putin dan Zelensky yang sama-sama ras Slavia.

*****

 

Artikel Lainnya