INDONEWS.ID

  • Senin, 13/09/2021 11:18 WIB
  • Vaksinasi Presisi, Perisai Imunitas Tubuh

  • Oleh :
    • indonews
Vaksinasi Presisi, Perisai Imunitas Tubuh
Peserta vaksinasi tahap 1 di SMK Stella Maris, Sil Joni.(Foto:Istimewa)

Oleh: Sil Joni*

INDONEWS.ID - Apresiasi yang tulus kepada Kepolisian Resort (Polres) Manggarai Barat (Mabar) yang bekerja sama dengan Petugas Vaksinasi dari Puskesmas Labuan Bajo dalam melaksanakan program Vaksinasi Presisi untuk komunitas SMK Stella Maris Hari ini, Senin (13/7/2021).

Baca juga : DPRD Mabar, Berbicaralah!

Saya sendiri, bersama tiga rekan guru beserta segenap siswa SMK Stella Maris untuk pertama kalinya mengikuti program vaksinasi Covid-19 ini. Dengan kata lain, ini program vaksinasi tahap 1 untuk saya dan para siswa tersebut.

Sekadar untuk diketahui bahwa saya `terpaksa` tidak mengikuti program vaksinasi terdahulu karena dalam rentang waktu itu, saya dua kali terpapar virus Corona. Niat untuk mendapat vaksin harus dikurung, karena jika sudah terpapar virus, maka tunggu tiga bulan baru diperkenankan menerima suntikan vaksin itu.

Baca juga : Krisis Ekologi

Saya sangat `terkesan` dengan pelayanan yang ditampilkan oleh petugas, khusunya Bidan Linda (seperti yang tertera dalam potret di bawah). Sang bidan tidak sekadar `menginjeksi vaksin` untuk menstimulasi imunitas tubuh, tetapi juga menyuplai `vaksin hospitalitas` untuk memperkuat kepercayaan dan harapan akan kokohnya dimensi persaudaraan dan kemanusiaan dalam melawan Covid-19.

Yang membuat saya bangga adalah ternyata Bidan Linda ini, selalu menyempatkan diri untuk `menikmati` sebagian artikel pendek saya yang tersebar di pelbagai grup facebook. "Kita memang tidak berteman pak Guru, tetapi saya sering membaca tulisannya di beberapa grup facebook", ungkap bidan Linda dengan nada dan wajah yang senang.

Baca juga : Pluralitas Bahasa dan Nasionalisme

Dengan `obrolan santai dan gestur keramahan ini`, jarum vaksin yang ditusuk pada bagian lengan, tak mengalami hambatan yang berarti. Rasa sakitnya pun hilang, tak terasa. Ini semacam `terapi psikologis` dalam menghadapi tusukan jarum itu. Saya kira, bidan Linda sangat `paham` dengan suasana batin dari pasien yang akan disuntik. Pola pelayanan yang penuh dengan nuansa keramahan dan persaudaraan seperti inilah yang mesti diterapkan oleh setiap petugas medis.

Pengalaman ini mengingatkan saya bahwa manusia tidak hanya terdiri atas `onggokan otot` semata, tetapi juga dilengkapi dengan unsur roh dan kejiwaan. Pengobatan yang terlampau menekankan aspek penyembuhan somatis, kadang tak terlalu efektif jika sisi kejiwaan pasien kurang mendapat sentuhan dari petugas medis. Untuk itu, tentu rekomendasinya adalah para petugas medis mesti menerapkan model layanan pengobatan yang bersifat holistik kepada pasien.

Kita kembali ke `peristiwa utama` di atas. Pandemi Covid-19 terus menerjang publik global dalam dua tahun terakhir. Kapan badai pandemi ini berlalu, sampai saat ini belum ada jawaban prediktif yang presisi. Yang pasti publik perlu mempersiapkan diri agar tidak menjadi `korban` serangan virus maut itu.

Perang melawan Covid-19 terus dilancarkan oleh negara. Selain memberikan edukasi soal pentingnya gaya hidup sehat dan mematuhi protokol kesehatan, Negara juga menghimbau bahkan `memaksa` masyarakat untuk mendapatkan vaksinasi secara massal dan gratis.

Mengapa harus `divaksin`? Senjata paling ampuh dalam `mengusir Covid 19` adalah daya kerja sistem imunitas tubuh. Jika sistem kekebalan tubuh kita `stabil`, tidak mengalami penurunan, maka risiko terpapar virus relatif kecil. Tubuh yang ringkih (sistem imunitas yang labil) tentu sangat rentan untuk diserang virus Corona. Mereka yang `penyakitan` menjadi medan ideal bagi Corona untuk melancarkan aksinya.

Karena itu, upaya untuk menstimulasi sistem imunitas tubuh yang kuat, menjadi sebuah pilihan yang rasional dan urgen. Vaksin adalah produk atau zat yang dimasukkan dalam tubuh manusia untuk merangsang sistem kekebalan tersebut. Tujuannya adalah bukan supaya `tidak terpapar Covid-19` lagi, tetapi kita mempunyai senjata yang ampuh untuk `menahan` gempuran virus itu. Dengan demikian, serangan Covid-19 tidak membuat kita `terkapar` atau mati sia-sia.

Jadi, kita mengikuti program vaksinasi, bukan saja karena ada `perintah dari Negara atau takut mendapat sanksi dari negara`, tetapi semata-mata dilandasi oleh kesadaran bahwa sistem imunitas tubuh harus `digenjot` sehingga tidak mudah jebol ketika diterjang badai pandemi Corona. Vaksinasi adalah semacam `perisai diri` untuk selamat dari kepungan Covid-19.

Secara praktis, vaksinasi adalah prosedur memasukkan vaksin ke dalam tubuh untuk menstimulasi sistem imun tubuh yang pada akhirnya bisa memproduksi imunitas terhadap suatu penyakit. Ada korelasi yang erat antara vaksinasi dengan sistem kekebalan tubuh. Sistem imunitas itulah yang membuat tubuh manusia `tahan banting` dari setiap agresi virus dan penyakit.

Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih secara khusus kepada Bidan Linda yang sudah mengisi `satu adegan kisah` tentang eksekusi program Vaksinasi Presisi tahap satu di SMK Stella Maris. Cuplikan adegan itu menjadi bahan cerita yang sudah dinarasikan secara sekilas dalam tulisan ini. Goresan ini, tentu saja terinspirasi dari perjumpaan, sapaan, dialog, dan tusukan jarum dalam proses vaksinasi itu.

*Penulis adalah peserta vaksinasi tahap 1 di SMK Stella Maris.

Artikel Terkait
DPRD Mabar, Berbicaralah!
Krisis Ekologi
Pluralitas Bahasa dan Nasionalisme
Artikel Terkini
Didik J Rachbini: Gagasan Menyatukan Anies dan Ahok di Pilgub Jakarta Eksperimen yang Baik dan Berani
Menkes Ungkap Penyebab Rendahnya Penurunan Angka Prevalensi Stunting
Bakar SDN Inpres Pogapa Intan Jaya, TPNPB-OPM: Merdeka Dulu Baru Sekolah
Senyum Bahagia Rakyat, Pj Bupati Purwakarta Buka TMMD Ke-120 Kodim 0619/Purwakarta
Pemerintahan Baru Harus Lebih Tegas Menangani Kelompok Anti Pancasila
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas