INDONEWS.ID

  • Senin, 16/01/2023 20:50 WIB
  • Menolak Lupa Mempertahankan Demokrasi

  • Oleh :
    • luska
Menolak Lupa Mempertahankan Demokrasi

Penulis: Dr H.Abustan, SH.MH (Dosen Demokrasi & HAM)

Eksperimentasi demokrasi di tanah air terus mengalami tantangan dan ujian yang sangat berat, diantara pristiwa yang tak lekang dimakan waktu adalah "goncangan" politik pristiwa malari 1974.

Baca juga : Mafia Tanah, Jantung Masalah Bangsa

Salah satu aktor sentral peristiwa itu  yang terus mencuat ke permukaan adalah sosok dr Hariman Siregar,  yang pagi ini (16/1/2023) sampai siang melaksanakan acara silaturahmi, temu kangen  sambil potong tumpeng HUT INDEMO  " "Menolak Lupa Mempertahankan Demokrasi" di Teater Arena Wahyu Sihombing Taman Ismail Marzuki. Dalam orasi singkatnya mengupas sekilas bagaimana pentingnya menjaga dan mempertahan semangat demokrasi di negeri ini.

Sama tentunya perjuangan yang dilakukan  di tahun 1974 yaitu dalam rangka mengembalikan arah demokrasi ke jalur yang benar. Meskipun taruhannya harus berhadapan dengan alat keamanan negara. Sebab, militer jadi "penyokong" utama pemerintahan orde baru.

Baca juga : Panen Raya Kriminalisasi Hukum

Lalu, setelah melewati dasawarsa kedua (24 tahun) momentum reformasi yang pernah menyapa tekad kebangkitan demokrasi di negeri ini nampak memudar. Cita - cita dan tujuannya yang begitu ideal tergerus oleh sistem yang mulai menunjukkan "watak otoriter" yang tidak akomodatif bagi sistem demokrasi itu sendiri. Dan, pada gilirannya demokrasi hanyalah sekedar lip service, retorika yang cukup indah di telinga, namun memilukan di pandang mata.

Tatkala keadilan yang disuarakan tak selaras dengan kenyataan, karena hanyalah .kesenjangan yang ada. Saat kebebasan yang digemakan, namun realitasnya hanyalah hegemoni kekuasaan yang dihadirkan.

Baca juga : Memanjurkan Nilai-Nilai Pancasila

Tak hanya itu, bahkan kesejahteraan yang dijanjikan justru yang ada hanyalah kesulitan hidup dan beban ekonomi yang menghimpit masyarakat dari waktu ke waktu. 

Bahkan, kini kekuasaan menjadi instrumen untuk menghalalkan segala cara demi kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan partainya.

Memang, bangsa ini harus diakui terbiasa berguru pada masa lalunya. Memetik pelajaran sebagai hikmah, lalu menarik garis demarkasi sebagai suatu modal perubahan/perbaikan sistem di masa yang akan datang.

Momentum mempertahankan arah demokrasi yang benar, itulah yang sedang diaktipkan dan diingatkan kepada publik. Mengingat demokrasi hari ini sedang mengalami kemunduran. Apalagi dengan munculnya gagasan: penundaan pemilu, penambahan masa priode Presiden/Wakil Presiden menjadi tiga priode. Dan, munculnya aturan yang justru mengingkari eksistensi negara ini sebagai negara demokrasi.

Akhirnya, melihat gelagat kekuasaan hari ini, kita pun sedang memetik kegelisahan. Karena itu, idealisme harus dibangkitkan dan diletakkan pada etalase yang benar untuk melawan lupa demi mempertahankan demokrasi.

Saat ini rakyat sedang memendam kerinduan pada "bayangan" demokrasi sejati. Setelah ia dimatikan secara sistemik, itulah makna penting untuk "menolak lupa" agar bisa terus mempertahankan demokrasi.

Jakarta, 16/1/2023
Komunitas SATU PENA DKI

Artikel Terkait
Mafia Tanah, Jantung Masalah Bangsa
Panen Raya Kriminalisasi Hukum
Memanjurkan Nilai-Nilai Pancasila
Artikel Terkini
Kunjungi Sulsel, Menteri AHY Lari Pagi Bersama Komunitas Lari Makassar
Masuk Secara Ilegal, 4 Warga Timor Leste Diamankan di PLBN Motamasin
Bupati Tanah Datar berikan aspresiasi Loka Karya dan Panen Karya Guru Penggerak
Hari ini Pengurus FOKBI Gelar Silaturahmi Jelang Musda di Jakarta
Pemred indonews.id Hadiri Halal Bi Halal di Kediaman Laksamana Purn Ade Supandi
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas