Nasional

Buku "Demokrasi di Era Digital" Diluncurkan di Sela-sela Pegelaran IIBF 2021

Oleh : Rikard Djegadut - Sabtu, 11/12/2021 14:56 WIB

Peluncuran buku "Demokrasi di Era Digital" di sela-sela pegelaran Internasional Indonesia Book Fair 2021 di Jakarta Convention Center, pada Sabtu (11/12/21) siang.

Jakarta, INDONEWS.ID - Kehadiran teknologi digital dalam satu dekade terakhir memberi andil yang besar pada praktik demokrasi dalam satu negara. Ini merupakan peluang sekaligus tantangan besar bagi kebebasan dan demokrasi. Sehingga banyak orang mempertanyakan masa depan demokrasi di dunia.

Ditambah lahi algoritma media sosial juga telah membelah masyarakat. Ambil contoh misalnya kemenangan sekaligus kekalahan mantan Presiden Amerika Donuld Trump. Dimana ia disanjung yang berdampak pada kemenangannya, namun juga dibenci sehingga kalah dalam kontestasi pada periode kedua.

Demikian dikatakan editor buku berjudul "Demokrasi di Era Digital" terbitan penerbit Obor Indonesia, Dr. Nasir Tamara dalam acara peluncuran buku yang digelar di sela-sela pegelaran Internasional Indonesia Book Fair 2021 (IIBF2021) di Jakarta Convention Center, pada Sabtu (11/12/21) siang.

“Makin dalam dan pentingnya teknologi digital satu dekade terakhir dan bagaimana teknologi itu telah membantu pemerintah menjalankan roda pemerintahan selama pandemi Corona yang dimulai sejak awal 2020, membuat saya tertarik untuk menyunting sebuah buku tentang demokrasi pada era digital dan masa pandemi," kata pria yang telah menelurkan ratusan buku ini.

Sosok yang pernah diamanatkan menjadi Ketua Umum Asosiasi SATUPENA, sebuah wadah yang beranggotakan para penulis ini mengungkapkan bahwa tidak banyak buku yang membahas demokrasi yang mampu memberikan sudut pandang yang komprehensif dari berbagai disiplin ilmu di Indonesia.

"Saya berharap buku Demokrasi di Era Digital akan dapat memberi jawaban kepada pembaca Indonesia dan internasional untuk memahami pada apa yang telah, sedang, dan akan terjadi pada demokrasi di dunia dan pengaruhnya terhadap ekonomi serta budaya manusia,” kata Nasir Tamara.

Informasi digital melalui media sosial yang gratis dan cepat telah mengalahkan media-media cetak tradisional. Semua orang bisa menjadi produser informasi tanpa perlu menggunakan kaidah-kaidah pencarian informasi dan penerbitan baik cetak maupun digital yang biasa dilakukan oleh media-media tradisional.

Momen Ibu Gemala Hatta, putri Bung Hatta, salah satu penulis buku menyerahkan buku "Demokrasi di Era Digital" dan buku "Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya" kepada Pemred indonews.id asri Hadi dan Laksmana Madya Dr. Desi Albert Mamahit bersama Pemred indonews.id, Drs. Asri Hadi, MA

Untuk kepentingan politik atau ekonomi, banyak pihak yang tidak segan-segan menyebarkan hoaks, kabar bohong. Kita tahu peran media sosial dalam memenangkan Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat dan mempengaruhi orang Inggris untuk keluar dari Uni Eropa melalui referendum Brexit.

Pada kesempatan yang sama, Nina Tanjung, MA, salah satu penulis dari buku yang ditulis oleh 76 penulis ini membahas terkait demokrasi dan kearifan lokal, salah satunya adalah Keraton Solo. Menurutnya, Keraton Solo harus mampu merangkul perubahan zaman.

"Dengan adanya era digital ini, kearsipan akan lebih rapi dan hak masyarakat untuk memperoleh informasi seputar Keraton Solo juga dapat lebih terbuka sehingga bisa mengaksesnya," kata Nina.

Salah satu hot isu yang diangkat dalam tulisannya adalah terkait suksesi kepemimpinan Keraton Solo. Nina menjelaskan bahwa pada zaman kolonial dulu, suksesi kemepimpinan Keraton Solo itu diatur dan sejarahnya diarsipkan secara rapi.

"Di zaman kolonial, suksesi raja itu diatur. Jadi sebaiknya, kita itu harus melihat birokrasi pada saat itu antara pemerintah kolonial dengan pemerintah tradisional. Istilahnya penguasa kolonial dan penguasa tradisional," terangnya.

"Mau dijadikan bagaimana dengan kearifan-kearifan pusaka ini dan apa arti dari kepemimpinan keraton. Apakah seperti raja zaman dulu, tentu tidak. Ini karena semua sudah tergabung dalam wilayah NKRI. Jadi ini penuh hati-hati, tapi ini harus tetap terbuka untuk kepentingan masyarakat banyak," tegasnya.

Penulis lainnya, yang ikut menjadi pembicara dalam acara launching dan bedah buku ini adalah Laksamana Madya TNI Dr. Desi Albert Mamahit, M.Sc. Mamahit menjelaskan hingga saat ini, para ahli di seluruh dunia belum mencapai pada titik kesimpulan akan apa itu demokrasi digital.

Namun, terang Mamahit, para ahli dan pakar itu sepakat bahwa dengan semakin berkembangnya digitaliasi di dunia, maka semakin berkembang juga demokrasi yang ada di dunia ini.

"Sehingga, kita juga bisa mengadopsi kesepakatan para ahli itu bahwa saat ini dengan semakin berkembangnya digitalisasi secara internasional, maka semakin berkembang juga yang ada," ungkap Mamahit.

Namun tentu saja, demokrasi yang berkembang di masing-masing negara berbeda. Mahamit mencontohkan, negara Korea Utara mendeklarasikan dirinya sebagai negara demokratis, namun faktanya berbeda.

"Kita mengenal Republik Demokratik Korea Utara. Mereka dengan lantang mendeklaraikan bahwa mereka adalah negara demokrasi, tapi kita taulah bagaimana situasi di Korea Utara dibandingkan dengan Korea Selatan," tutupnya.

Secara terpisah, anggota SATUPENA selaku Dosen Senior Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Drs. Asri Hadi, MA menyampaiakan ucapan selamat atas diluncurkannya buku "Demokrasi di Era Digital" ini.

Menurutnya, buku ini yang ditulis oleh para pakar dari berbagai disiplin ilmu dan beragam latar belakang profesi ini akan menambah wawasan pembaca. Sehingga dapat menyaring informasi yang diterima dengan baik dan pada akhirnya praktik demokrasi di negeri tercinta ini dapat berjalan di arah yang benar.

"Sebagai sesama rekan se-komunitas, saya menyampaikan selamat kepada Dr. Nasir Tamara sebagai editor atas diluncurkannya buku "Demokrasi di Era Digital` ini," kata Pemimpin Redaksi Indonews.id ini.*

Artikel Terkait