Opini

Siapa yang tidak cinta NKRI?

Oleh : luska - Jum'at, 04/03/2022 06:35 WIB

Penulis : Dr Sasmito

Tiga tahun lagi usia NKRI mencapai 80 tahun. Selama periode tersebut, banyak pihak, baik domestik maupun mancanegara,  berusaha menegasikan, mengubah, dan bahkan ingin menghancurkan NKRI.
Siapakah mereka?

Pertama, pasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Belanda berusaha menegasikan kemerdekaan Indonesia dan berkeinginan menancapkan kuku kolonialismenya di Nusantara. 
Membonceng tentara Sekutu yang menang Perang Dunia ke2 tahun 1945 dan hendak melucuti tentara Jepang; Belanda melakukan operasi militer untuk menguasai Indonesia lagi selama tahun 1945-1949.
Perlawanan Indonesia melalui perang gerilya dan diplomasi internasional berhasil menggagalkan niat tersebut. Di akhir 2021 dan awal 2022, Pemerintah Belanda melalui Perdana Menteri dan Menteri luar negerinya, memohon maaf kepada Pemerintah/rakyat Indonesia atas perilaku deskruptif militer Belanda selama periode tersebut. 
Saat ini negara lain yang patut diwaspadai dapat mengganggu integritas Indonesia secara signifikan di masa datang, bukan Belanda lagi tetapi Tiongkok dan Australia. 

Kedua, di tengah invasi militer Belanda tahun 1945-1949, tiba2 penganut aliran komunisme di Indonesia melalui Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan pemberontakan terhadap NKRI pada tahun 1948 dan ingin mengubah dasar negara Pancasila menjadi dasar negara berbau komunis. 
Walau berhasil digagalkan, namun PKI mengulangi pemberontakan terhadap NKRI di tahun 1965 dan gagal lagi. Ketika Pemerintah saat itu  sedang berusaha melegalisir penguasaan de facto Irian Barat menjadi de jure, melalui rencana Penentuan Pendapat Rakyat Irian Barat (Pepera) di tahun 1969.

Ketiga, pendukung khilafah Islam Indonesia yang ingin mengubah NKRI menjadi NKRI bersyariah, melalui perubahan sila pertama Pancasila kembali sesuai isi Piagam Jakarta.  Pemberontakan Kartosuwiryo, Kahar Muzakar, PRRI/Permesta sepanjang tahun 1950an hingga 1960an adalah manifestasi usaha tersebut. 

Keempat egoisme pribadi sejumlah politikus/tokoh nasional. Tanpa menyebutkan nama, ciri pokok para tokoh nasional yang egois tersebut dapat dilihat dari ide2 yang dilontarkannya.  Untuk melanggengkan kepentingan pribadi atau kelompoknya, mereka tega untuk mengutak-atik UUD'45 ketika mereka/ kelompoknya menduga akan mengalami kerugian politik, hukum, maupun finansial jika UUD'45 terus dilaksanakan secara murni dan konsekuen. Mereka tidak kawatir Indonesia akan meniru kegagalan Arab Spring menuju kedewasaan demokrasi. Kalau pihak lain mengikuti dan mengimplemantasikan opini mereka namun gagal dan mengakibatkan Indonesia menjadi negara pariah, mereka akan lepas tangan dan melempar tanggung jawab kepada Pemerintahan  yang sedang berkuasa. 
Ke-4 pihak yang tidak suka dengan NKRI tersebut masih ada hingga sekarang. Baik dilakukan secara terang-terangan, terbuka ataupun dilakukan secara diam-diam, gerilya, clandestine. 

Tantangan NKRI ke depan, apalagi untuk menjadi negara maju di tahun 2040 masih berat. Gangguan eksternal dan internal selalu ada. Waspada perlu namun jangan paranoid.

Artikel Terkait