Bisnis

Pemimpin Keuangan G7 Risau, Indonesia Harus Antisipasi Dampak Bagi Ekonomi Global

Oleh : very - Senin, 15/05/2023 22:08 WIB

Menteri Keuangan dan Bank Sentral G7 di Niigata. (Foto: Antara)

Jakarta, INDONEWS.ID - Menteri Keuangan dan Bank Sentral G7 di Niigata, Jepang mengatakan bahwa ada 2 hal penting yang menjadi perhatian. Kedua hal itu yaitu  kemungkinan gagal bayar AS atas utangnya dan dampak perang Rusia-Ukraina.

“Apa yang jadi concern Indonesia dari 2 peristiwa itu adalah dampaknya, itulah yang masti jadi fokus perhatian kita. Perbandingan utang AS dengan PDB-nya sudah lebih dari 100% diikuti kekhawatiran bakal gagal bayar, juga dampak perang Rusia-Ukraiana yang nggak kelar-kelar. Kedua hal itu bisa saja menyebabkan gambaran ekonomi global tambah suram,” ujar Andre Vincent Wenas, Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia dalam keterangannya pada Senin, 15 Mei 2023.

Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G7 bertemu sebelum G7 Summit antar Kepala Negara/Pemerintahan pada minggu depan. Negara-negara G7 terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Jepang, Perancis, Jerman dan Italia.

“Kita boleh yakin bahwa ekonomi Indonesia masih sangat menjanjikan. Dengan pertumbuhan di atas 5% dimana banyak negara malah minus, tingkat inflasi di bawah 3% dan utang yang sekitar 38% dari PDB sangat kuat fondasinya. Tambah lagi dengan kebijakan hilirisasi industri dimana kekayaan alam diproses di dalam negeri sehingga nilai-tambahnya ada di kita,” ujarnya.

Andre menambahkan, KTT ASEAN di Labuan Bajo merupakan kerja sama di tingkat regional, dengan aktivasinya di bidang ekonomi menjadi sangat relevan bagi kita.

“Perlu kita pantau terus dampak dari kebuntuan pembahasan batas atas utang atau debt ceiling Amerika Serikat jadi salah satu alasan utama G7 menilai ketidakpastian global. Disamping dampak perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan. Efek rembetannya ini yang mengkhawatirkan dunia,” katanya.

Khusus mengenai ancaman gagal bayar utang AS kepada Indonesia, menurut Menkeu Sri Mulyani, belum ada tanda-tanda yang signifikan. Surat Berharga Negara (SBN) kita masih diminati.

“Namun kita harus selalu waspada dan mengantisipasi segala kemungkinannya. Di era yang penuh ketidakpastian seperti ini kita harus selalu siap dengan contingency-plan, segala kemungkinan terburuk mesti kita deteksi sedini mungkin,” kata Andre. ***

Artikel Terkait