Gaya Hidup

Pagelaran Budaya, Puteri Bung Hatta: Kita Harus Lestarikan jangan Sampai seperti Amerika Latin

Oleh : rio apricianditho - Jum'at, 24/11/2023 20:18 WIB

Jakarta, INDONEWS.ID - Budaya bangsa harus terus digaungkan, budaya adalah jati diri bangsa. "Wara Wiri Feskraf" menggaungkan indahnya haromonisasi budaya nusantara lewat musik perkusi dari Sabang hingga Marauke. Menurut Puteri Kedua Mohammad Hatta sang Proklamator, kita sebagai anak bangsa harus terus melestarikan budaya kita, jangan sampai kita seperti masyarakat Amerika Latin ke hilangan jati dirinya, malah bangga dengan budaya kolonial.

Pagelaran budaya bertajuk "Wara Wiri Feskraf" digelar di Sasana Langgeng Budaya, TMII, Jakarta. Tampak hadir tokoh-tokoh yang konsern dengan budaya Indonesia, seperti Puteri kedua Mohammad Hatta, Gemala Hatta, Sastri Bakry dan tokoh lainnya termasuk Pemred indonews.id, Asri Hadi turut menyaksikan penggiat budaya memainkan perkusi dari Sabang hingga Marauke.

Gemala Hatta mengatakan, ini pegelaran yang baik dan tidak ada salahnya bila semua orang ingin meyaksikan pertunjukan ini. Dan selain festival budaya, ada juga pameran UMKM yang harus kita dukung, agar mereka tumbuh dan berkembang.

Ia pun menegaskan, sebagai bangsa kita tidak boleh bangga atau senang dengan budaya asing seperti budaya Korea atau Amerika. Dan kita juga harus meningkat budaya, berbusana pun jangan terkontaminasi budaya asing.

"Baju nusantara itu jangan terindus budaya Arab, Bung Karno bilang menghormati Islam iya tapi jangan merusak semuanya, nggak bisa. Nanti kita seperti Amerika Latin, disana kan budayanya suku Inca begitu Portugis datang akhirnya semua budaya Portugis, budaya Inca-nya hilang", paparnya.

Menurutnya, hal itulah yang membuatnya kawatir, maka generasi muda harus gemar menggunakan busana tradisional, jangan tergerus dengan gaya arabisasi. Nenek moyang kita kaya akan budaya berbusana, ada busana Aceh, Padang, Makassar, Maluku, dan banyak busana tradisional yang bisa digunakan.

Selaku orang yang senang mengunakan busana tradisional, dirinya tak setuju apabila ada pejabat yang meminta masyarakat di daerah pariwisata menggunakan pakaian gaya arab. Karena baginya, masyarakat di sana memang budaya berbusananya seperti itu jangan dipaksakan memakai busana seperti masyarakat Timur Tengah.

"Ya kita beragama ya beragama tapi jangan tidak karuan, di Arab sendiri saat ini mereka juga tidak sefanatik seperti itu" ujarnya sambil menunjukan busana dari NTT yang ia kenakan.

Ia pun berharap, budaya bangsa jangan sampai tergerus, maka generasi muda belajar mengenal budaya bangsa, jangan sampai baju Bugis saja tidak tahu. Masyarakat harus menghargai budayanya sendiri. Orang asing tidak punya budaya berbusana, kalau kita ada banyak, perhatikan saja bila datang ke resepsi pernikahan banyak orang mengenakan baju tradisional. Jadi genarasi muda harus diberi pengetahuan soal budaya bangsa, seperti pertunjukan perkusi saat ini.

Artikel Terkait